SITUBONDO - Berbagai cara
dilakukan masyarakat Indonesia untuk mengenang jasa pahlawannya. Memperingati
hari pahlawan nasional kemarin(10/11), puluhan Komunitas Sepeda Tua Indonesia
,Kosti, menggelar napak tilas Anyer-Panarukan.
Menurut Pantauan newsweek Mereka naik sepeda onthel menempuh jarak 1000 kilo
meter selama 12 hari, dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Kabupaten
Situbondo. Puluhan Komunitas Sepeda Tua tiba di monumen 1000 Kilo Meter Anyer-
Panarukan, sekitar pukul 4 sore kemarin. Kedatangan peserta napak tilas ini
disambut langsung Bupati Dadang Wigiarto dan Wakil Bupati Yoyok Mulyadi.
Wabup Yoyok menyambut peserta napak tilas dari simpang tiga Desa Klatakan.
Wabup juga berbaur bersama peserta napak tilas naik sepeda tua. Napak tilas
Anyer-Panarukan ini dilakukan Komunitas Sepeda Tua Indonesia asal Sidoarjo.
Mereka mengaku perlu mengenang Anyer-Panarukan, karena memiliki sejarah kelam
di era penjajahan Belanda.
Pembangunan jalan 1000 Kilo Meter Anyer-Panarukan, dilakukan Gubernur
Jenderal Herman Willem Daendels. Dengan tangan besinya Daendels menyelesaikan
jalan 1000 Kilo Meter di sepanjang jalan pantura selama setahun.
Banyak warga pribumi ikut kerja paksa. Selama kerja paksa itu berlangsung
sekitar 15 ribuan warga pribumi meninggal dunia. Ironisnya, sejauh ini
Pemerintah kurang memberi perhatian terhadap sejarah pembangunan jalan
Daendels. Padahal jalan pantura yang menewaskan 15 ribuan anak bangsa tersebut,
kini menjadi akses vital denyut perekonomian masyarakat pulau jawa.
Menurut Ari Bayasi, Ketua Kosti asal Sidoarjo
Saat dikonfirmasi Newsweek, dirinya mengaku dan teman-temannya berinisiatif
melakukan napak tilas Anyer-Panarukan, karena ingin mengenang jasa-jasa pekerja
yang tewas di bawah rezim kolonialisme Belanda. Ari mengaku berangkat dari
Anyer di Banten tanggal 28 Oktober lalu. Ari bersyukur karena semua peserta
napak tilas tiba di monumen Anyer-Panarukan dengan tepat waktu. (Pri)