Kampung KB Implementasikan Membangun Indonesia Dari Pinggiran

BONDOWOSO – Kampung Keluarga Berencana (KB) diperlukan seluruh desa di Indonesia. Sebab, keberhasilan program KB akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dan kesejahteraan keluarga pra-sejahtera untuk menuju yang lebih baik. 

Kampung KB akan membangun masyarakat yang sejahtera dari tingkat keluarga. Hal ini diselenggarakan oleh Pemkab Bondowoso, di Pompes Mambaul Ulum Desa Tangsil Wetan Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso.

Dalam acara tersebut dihadiri oleh Wabub Drs. KH. Salwa Arifin, anggota Komisi IX DPR Ri, Hj. Nihayatul Maufiroh MA, Perwakilan BKKBN Provensi Jawa timur, Forpimda, TNI, Polri, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat serta undangan yang hadir.

Pada kesempaten tersebut Wakil Bupati Drs. KH. Salwa Arifin dalam sambutannya menyampaikan, hal terpenting dari pencanangan Kampung KB adalah gerakan dari program-program KB yang mampu bersinergi dengan program pendidikan, kesehatan, lingkungan dan lainnya. Antara lain dengan mengadakan sosialisasi, komunikasi, edukasi tentang program KB kepada masyarakat, serta pelayanan KB ditingkat desa.

Kegiatan pencanagan Kampung KB ini merupakan tindak lanjut dari program nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden Jokowi-JK pada tanggal 14 Januari 2016 yang lalu di Cerbon, katanya.

Dikatakannya, sedangkan di Desa Leprak Kecamatan Klabang pada tanggal 27 April 2015 dicanangkan oleh Kepala BKKBN Pusat, Kampung KB merupakan upaya membangun memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh dan menumbuhkan keluarga kecil dan bahagia berkualitas. Keberhasilan program KB akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan keluarga terutama keluarga pra-sejahtera untuk menuju yang lebih baik.

Apalagi beberapa tahun kedepan, lanjutnya, Indonesia akan mengalami bonus demografi, yakni kondisi jumlah usia produktif lebih tinggi dibanding yang tidak produktif. Kondisi tersebut akan menjadi bencana jika kualitas hidup manusia Indonesia rendah. Namun sebaliknya, bonus demografi akan menjadi anugerah jika kualitas hidup manusia Indonesia tinggi.

Ditambahkan, Kabupaten Bondowoso saat ini tengah menghadapi suatu persoalan yang rumit, yakni masalah kemiskinan. Angka kemiskinan Bondowoso masih sangat tinggi. Karenanya, dengan program KB diharapkan menjadi pintu untuk meningkatkan kesejahteraan  dan kualitas hidup manusia Indonesia, tandes Wabub dengan penuh harap.

Pada kesempatan yang sama. Hj. Nihayatul Wafiroh MA, perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional (BKKBN) Provensi Jawa Timur menjelaskan, Kampung KB merupakan salah satu program revolusi mental berbasis keluarga untuk membangun karakter bangsa Indonesia.

Dikatakannya, dengan adanya Kampung KB, diharapkan mamfaat program KB dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama di wilayah kategori miskin, padat penduduk, terpencil yang tersebar di Indonesia. Pelaksanaan program KB sekarang lebih difokuskan pada masyarakat tidak mampu dan tidak punya akses terhadap fasilitas kesehatan.

Menurutnya, partisipasi semua pemangku kepentingan dan masyarakat mutlak diperlukan dalam pembentukan Kampung KB. Termasuk, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dam masyarakat itu sendiri. Partisipasi juga sangat membantu kesuksesan program tersebut.

Nihayah, menambahkan, apresiasi kepada masyarakat Bondowoso terkait keberadaan Kampung KB di Desa Leprak Kecamatan Klabang dan Desa Tangsil Wetan ini, yang penting disetiap kampung mau menggalakkan KB dan pelaksanaannya bisa berkolaborasi saling mendukung antara satu instansi dengan sektor lain. Semua harus bergerak cepat melaksanakan program KB, katanya.

Saya sangat senang sekali karena kegiatan ini di adakan di Pesantren, karena Pesantren adalan tempat mencetak generasi-generasi bangsa dari berbagai ilmu diantaranya Ilmu Agama dan Ilmu Umum, dari sanalah saya ingin menjadikan Pesantren pilar yang sangat utama dalam sendi-sendi kemasyarakatan berbangsa dan bernegara, ungkapnya.

Saya yakin bahwa seluruh Pesantren itu memberikan kontribusi yang nyata, salah satunya tentang KB ini. Kalau Kiyainya tidak mengijinkan santrinya diboyong untuk dinikahkan pasti angka pernikahan usia dini akan menurun, tandasnya.

Selain itu, Nihayah juga menyampaikan akan memperjuangkan untuk mengajukan revisi undang-undang perkawinan ke Mahkama Konstitusi, khususnya batas umur berlangsungnya melakukan perkawinan dari umur 16 tahun bagi perempuan akan diganti 21 tahun dan juga batas umur laki-laki dari umur 19 akan di ganti 21 tahun juga, dengan harapan menurunkan angka penceraian yang diakibatkan karena faktor pernikahan usia dini, pungkasnya. (Tok)
Lebih baru Lebih lama
Advertisement