Surabaya
Newsweek- Belum terealisasinya rencana pembangunan Angkutan masal Cepat (
AMC ) disurabaya, ada beberapa kalangan anggota DPRD Surabaya merasa pesimis akan
terwujudnya megaproyek AMC bernilai triliunan rupiah, lain halnya dengan
Walikota Surabaya Tri Rismaharini, yang masih kukuh melanjutkan rencananya,
untuk pembangunan AMC yang ada di Kota Pahlawan ini.
Vinsensius anggota Komisi C DPRD Surabaya
menjelaskan, saat berkunjung ke kementerian perhubungan beberapa waktu lalu,
dewan telah mendapat informasi, dalam APBN 2017 tak ada alokasi anggaran untuk
pembangunan trem di Surabaya.
Pemerintah pusat, tambah Awey, sapaan Vinsensius,
tengah berkonsentrasi membangun infrastruktur di Palembang, menjelang
pelaksanaan Asian Games 2018. Menurut dia, anggaran sekitar Rp 4 triliun
disiapkan untuk keperluan itu.
"Salah satunya untuk membangun LRT (light
rail transit). Karena itu, bisa jadi pembangunan trem di Surabaya di ujung
tanduk,” kata Awey, kemarin.
Masih Awey, hingga sekarang Presiden Jokowi belum
mengeluarkan perpres terkait pembangunan trem di Surabaya. Padahal, sebutnya,
perpres merupakan kunci untuk membangun moda transportasi massal tersebut.
Karena keterbatasan anggaran, jika dipaksakan,
pihaknya khawatir pembangunan trem akan berhenti di tengah jalan. Pasalnya,
selama ini alokasi dana APBN hanya berkisar Rp 155 miliar.
Di kementerian perhubungan memang tersimpan dana
bantuan dari pemerintah Jerman senilai Rp 1,5 triliun yang bisa digunakan untuk
pembangunan trem di Surabaya. Namun, jelas Awey, besaran dana tersebut masih
belum mencukupi dari jumlah biaya yang dibutuhkan, sekitar Rp 2,4 triliun.
Apalagi, berdasarkan informasi terkini dari
kementerian perhubungan, akibat inflasi alokasi anggaran yang dibutuhkan saat
ini sudah mencapai Rp 3,3 triliun.
Awey berharap, Pemkot Surabaya menunda
pembangunan moda transportasi massal sekitar 1-2 tahun, kemudian beralih pada
proyek pembangunan LRT sesuai program pemerintah pusat.
Meski konsekuensinya, anggaran miliaran untuk
kajian pembangunan trem terbuang sia-sia. Apalagi, sebutnya, di Semarang,
Palembang, Jakarta, Depok dan Bogor, proyek LRT ini yang direalisasikan.
LRT atau urban transportation ini, imbuh Awey,
jauh lebih baik ketimbang trem. Keunggulannya, beroperasinya tidak di jalan
yang sama. LRT bisa berupa subway atau bawah tanah, maupun di atas.
Kelebihan lainnya, moda transportasi berupa
kereta api ringan ini bisa berjalan tanpa masinis, bergerak otomatis, lebih
ringan dan kecepatannya 30 Km/jam.
Sementara itu, sampai sekarang Wali Kota Tri
Rismaharini tetap kukuh untuk merealisasikan transportasi trem, karena diyakini
sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan di Kota Surabaya. Selain itu, proyek
trem dinilai lebih murah dibandingkan dengan membeli ratusan unit bus.
Trem bisa mengangkut banyak penumpang dan
gerbongnya pun bisa ditambah tergantung kapasitas muatan. Selain itu, trem juga
aman buat penyandang disabilitas.
"Surabaya ini banyak perempatan, kalau
menggunakan bus masih ada bahayanya. Kalau busway, masih ada hambatannya.
Padahal kita membutuhkan angkutan yang bebas hambatan," kata Risma.( Ham )