Perdagangan Di Perum Perindo Brondong Beraroma Tak Sedap GM Kepala Cabang Bungkam

LAMONGAN - “Saya tidak tahu mengenai usaha pengolahan ikan yang ada di Rembang, Mas. Itu bukan urusan saya, jadi sama sekali saya tidak tahu, entah siapa yang bertanggungjawab unit pengolahan ikan disana. Saya hanya mengurus coldstorage saja. Itu pun saya hanya memutar modal kecil, yang saya putar-putar terus. Makanya saya datangkan ikan dari Ternate untuk bisa mengelola coldstorage ini,” jelas Edi Hasan manager perdagangan perum perindo cabang Brondong-Lamongan, Jatim, menjawab pertanyaan, belu lama berselang.

Sebelumnya, manager marketing di kantor yang sama, Murjianto saat dihubungi mengakui kalau pengolahan ikan di Jateng itu, merupakan bagian dari bidangnya. “Ya, mas pengolahan ikan di rembang atau perdagangan itu ikut unit yang saya kelola,” ujar dia.

Padahal sebelumnya GM Perum Perindo setempat, Sigit tak mengelak saat ditanya mengelola usaha yang ada di pesisir Jateng tersebut. “Ya, kami lagi melakukan kegiatan pengolahan ikan bukur disana,” tutur Sigit.

Informasi yang berhasil dihimpun media ini menyebut, setidaknya ada tiga kegiatan usaha yang dikelola bagian perdagangan di perusahan BUMN tersebut, selain coldstorage, ada kegiatan usaha pengiriman cumi dari Lamongan ke Jakarta dan pengolahan ikan bukur yang berlokasi di Rembang.
Menariknya, Edi Hasan yang jelas-jelas menjabat manager perdagangan saat dikonfirmasi Sb.Newsweek.com via telephon selulernya justru mengelak dan terang-terangan mengakui tidak tahu menahu. Ada apa dibalik unit perdagangan yang ada di tubuh perusahan milik negara tersebut.

Menariknya, ketika penjelasan Edi Hasan kembali saya konfirmasikan ke General Manager, pimpinan cabang yang baru beberapa bulan diangkat itu, justru memilih bungkam. Setidaknya dua kali menghubungi via Handphon terdengar muncul nada sambung tapi tak diangkat, dua kali via sms juga tak dibalas. Belakangan muncul kabar, kalau bagian perdagangan yang ada di Perum Perindo Cabang kota Soto tersebut sangat rentan diselewengkan.

Selain bungkamnya sejumlah manager soal pengolahan ikan bukur yang dirintis di Rembang, pengiriman cumi dari lokal ke Jakarta juga diduga beraroma ada penyelewengan, karena pihak Perum Perindo tidak langsung membeli dari nelayan atau nelayan yang menyetor ke Perum, tapi memanfaatkan tenaga lain (Bakul) yang membeli dari nelayan, dan dari bakul tersebut baru dibeli Perum.

“Itu jelas tidak benar, kalau Perum Perindo sebagai perusahaan milik negara, ya berdayakan nelayan, sehingga nelayan bisa meningkat penghasilan dari hasil tangkapannya,” ujar Tikno salah seorang nelayan pantura Lamongan. (Mas)
Lebih baru Lebih lama
Advertisement