Dokter Trenggalek Gelar Aksi Penolakan Kebijakan Pemerintah

TRENGGALEK - Ratusan dokter Trenggalek yang tergabung dalam IDI Trenggalek gelar aksi damai penolakan terhadap kebijakan pemerintah mengenai dokter umum harus mengikuti Pendidikan Dokter Layanan Primer, Senin (24/10). Selanjutnya Aksi damai penolakan terhadap kebijakan pemerintah ini digelar dokter Trenggalek di seputaran alon-alon Trenggalek, dilanjutkan aksi jalan menuju ke “Pendopo Manggala Praja Nugraha”. 

Kemudian Didepan Tugu Garuda para dokter ini menggelar aksi bubuhkan tanda tangan oleh semua dokter Trenggalek diatas spanduk penolakkan, serta para Dokter ini menyatakan penolakan terhadap kebijakan ini, karena dianggap sangat memberatkan.

Lebih lanjut pernyataan tersebut dibenarkan oleh dr M. Rofiq ketua IDI yang sekaligus juga korlap aksi damai ini. "Seseorang untuk mendapatkan gelar dokter itu paling tidak harus menempuh pendidikan di perguruan tinggi minimal 4 tahun ditambah 2 tahun untuk diklat profesi, ungkapnya.

 Masih menurutnya setelah itu mereka paling tidak harus magang di rumah sakit atau puskesmas selama setahun untuk bisa praktek mandiri. Bila waktu ini harus ditambah dengan tiga tahun lagi untuk pendidikan dokter layanan primer, maka seorang dokter untuk bisa melakukan praktek dokter harus menunggu waktu paling tidak 10 tahun lamanya. Tentunya hal ini sangat memberatkan", ujarnya.

Selain itu, bagaimana dengan daerah bisa memenuhi kebutuhan dasar dokternya bila seorang dokter harus menempuh pendidikan DLP tersebut. Bahkan masyarakat yang tidak mampu jadinya tidak akan mungkin bisa menjadi dokter".

Seterusnya dr Rofiq, ada 110 dokter yang tergabung dalam IDI Trenggalek menolak kebijakan ini dan ikut salam aksi damai ini. "Semuanya ikut kecuali bagi yang jaga di UGD maupun bagi yang melakukan operasi", imbuhnya. Dia menegaskan Aksi ini kita lakukan diluar jam pelayanan, sehingga aksi turun kejalan ini tidak akan mengganggu pasien", pungkas ketua IDI ini. (hrd)
Lebih baru Lebih lama
Advertisement