Surabaya Newsweek – Saat ini kondisi tempat
kesenian Tradisional di Surabaya. Tepatnya di Taman Hiburan Rakyat ( THR ),
yang konon merupakan salah satu jujukan masyarakat Surabaya bahkan, luar
kotapun mendatangi tempat kesenian tradisional tersebut, namun saat ini, THR
hanya tinggal kenangan masa lalu saja.
Untuk itu DPRD Surabaya mendorong pemerintah kota untuk
melakukan revitalisasi Taman Hiburan Rakyat (THR), menurut Wakil Ketua Komisi
D, Junaedi, kondisi tempat pagelaran kesenian tradisional di Surabaya itu
sangat memprihatinkan, selain kumuh, juga sepi pengunjung. Ia
menilai, ada beberapa hal yang menjadi penyebab kondisi THR kian terpuruk.
Disamping, masalah sosialisasi dan promosi ke masyarakat yang masih
kurang, akses menuju ke lokasi juga terhalang oleh Bangunan Hitech Mall.
“Sisi depan terhalang Hitech Mall, maka (pengunjung) THR cenderung menurun
dan ini sangat memprihatinkan , untuk itu sebaiknya Pemerintah Kota melakukan
revitalisasi ” tuturnya. Selasa (18/10)
Masih Junaedi, THR memiliki peran penting dalam pengambangan budaya
tradisional. Di tempat itu, dulunya merupakan cikal bakal berdirinya paguyuban
lawak yang melegenda “Srimulat”. Ia khawatir, apabila tak ada upaya pembenahan,
THR akan mati suri.
“Gedung ada, tapi tak ada penghuninya,kalau dibiarkan terus menerus seperti
ini, THR akan mengalami mati suri ” Paparnya
Politisi Partai Demokrat ini mengaku, kalangan dewan siap mensupport
pengembangan kesenian tradisional di THR, dengan mendorong proses revitalisasi
dan sosiliasi yang gencar, sehingga menarik minat masyarakat untuk
mengunjunginya.
“Pembenahan bisa dengan merenovasi, menata SDM nya, kemudian sponsornya,”
katanya
Junaedi mengakui, tantangan yang dihadapi untuk menghidupkan kesenian
tradisional adalah, budaya asing yang berkembang di era globalisasi. Namun, ia
optimis apabila, Dinas kebudayan dan pariwisata bisa bekerjasama dengan Dinas
Pendidikan, untuk meramaikannya maka, THR bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
pentas seni kalangan pelajar.
“Bila ada lomba sekolah di sana, THR akan ramai , sebaiknya Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata juga bekerja sama,” ujarnya.
Di sisi lain, untuk mempromosikan kegiatan di THR, perlu melibatkan
perangkat daerah di kecamatan dan kelurahan, untuk mensosialisasikan kegiatan
yang ada.
“Kalau bisa kita berikan beberap tiket free untuk mereka,” tandasnya.
Junaedi mengatakan, selama ini, para pengunjung yang masuk area THR, memang
dikenai retribusi. Meski tidak mahal, namun pengenaan retribusi tersebut
bertujuan untuk mendapatkan Pendapatan asli daerah (PAD).
Hanya sayangnya, Wakil Ketua Komisi D ini menilai hingga kini, selama ini
pemerintah kota belum mempunyai sentuhan,untuk memajukan kesenian tradisional,
terutama di THR,menurutnya Kegiatan seni dan budaya yang digelar di THR masih
kalah dengan pertunjukan di Taman Budaya milik propinsi “Masa kalah dengan kegiatan
di Cak durasim,” tambahnya. ( Ham )