
Pada saat itu diantar oleh Gatot ke rumah Joko yang
di saksikan orang tua Handoko, Siti. Di sana sudah ada Joko, ada Gatot dan Handoko. Kebetulan
rumah Gatot dan Joko berdekatan satu lingkungan RT di desa Ngrupit kecamatan Jenangan
kabupaten Ponorogo ,terus sama Joko di mintai uang kurang lebih sekitar Rp 10
juta dengan alasan untuk pembiayaan pemberangkatan ke Malaysia. Padahal,
Handoko mengakui bahwa biaya pemberangkatan sampai Malaysia itu, atas biaya
sendiri.
Dan, selanjutnya setelah sampai di Negara Malaysia tidak bisa bekerja , dan merasa diterlantarkan,sudah
bayar uang banyak. Tetapi ternyata semuanya antara Gatot dan Joko ada indikasi
sebagai calo atau makelaran saja, dan tidak bertanggung jawab.Siti menjelaskan
bahwa kalau anaknya tidak bisa kerja dan
dianggap tak resmi seperti ini ,karena
sudah bayar dengan harapan anaknya untuk di pulangkan dan uang yang sudah masuk
ke Gatot dan Joko di minta untuk di kembalikan.
Kalau Gatot dan Joko tidak bertanggung jawab atau
mengembalikan uang itu, dari pihak orang tua mau terpaksa menempuh jalur hukum.
“Tidak hanya itu, untuk urusan dokumen paspor lama yang diminta oleh Gatot yang
pada saat -saat ini suruh ngirim ke Malaysia
tetapi hanya menjawab iya dan iya, “ ungkap Siti menirukan percakapan
Gatot dan Joko.
Sampai sekarang ketika di tanyakan Handoko
bilang ketlisut dan bilang kalau sudah ketemu nanti akan
segera dikirim ,sampai di beritakan di Koran ini belum ada kabar untuk paspor
sudah ketemu atau di kirim ke Malaysia . Ada dugaan kuat Gatot sama Joko ada
unsur penipuan ,yang mengaku menjadi petugas PT padahal dia tidak resmi alias
menjadi calo saja.
“Tindakan ini
terkesan kurang pas ,sudah menjadi pegawai Imigrasi ternyata masih ada kerjaan
di luar kantor menjadi calo tenaga kerja ke luar negeri di Malaysia .Ketika
Gatot di konfirmasi tentang di mana keberadaan paspor ,tidak bisa menunjukan
dan bilang ketlisut (hilang) inilah ketledoran dan ciri khas orang yang tidak
bertanggung jawab, “ Imbuh Siti. (Man)