HIV & AIDS di Banyuwangi Bagaikan Gunung ES


BANYUWANGI - Penderita HIV & AIDS di kabupaten Banyuwangi sebelumnya seperti gunung es, sepertinya tidak nampak karena menggumpal, tetapi setelah mencair kelihatan semua. Semua itu menurut kepala Puskesmas Singojuruh  Supriadi Bintoro S.Kep  bahwa penderita HIV & AIDS di Banyuwangi dulunya rendah akan tetapi Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan (Diskes)  membuka layanan melalui RSU Blambangan Banyuwangi dengan RSUD Genteng.

Untuk sekarang ini, Puskemas diperdayakan untuk memberi layanan pemeriksaan HIV &AIDS, dari 45 Puskesmas yang ada di Banyuwangi ada 29 Puskesmas yang sudah siap melayanani pemeriksaan penderita HIV &AIDS , semua itu disebabkan SDM seperti tenaga analis medis  dan peralatannya masih terbatas.

Adanya pelayanan penderita HIV &AIDS di 29 Puskesmas yang dibantu LSM, Relawan,itu akhirnya Dinkes bisa memecah fenomena gunung es, sehingga semuanya mencair kelihatan dan bisa terdeteksi penderita HIV & AIDS yang ada di kabupaten Banyuwang,dengan jalan mengadakan pemeriksaan kepada yang beresiko tinggi seperti WTS, TKI, Pria penjajah sex, anak-anak muda, orang pakai tato, maupun pengguna narkoba, melalui konseling yang saling menguntungkan.

Dengan adanya konseling ini, dimana petugas memberikan pemahaman tentang resiko dan bahayanya virus HIV & AIDS, sehingga banyak orang yang beresiko tinggi mau memerilksakan dirinya sehingga bisa disembuhkan melalui layanan berkesenambungan.

Setelah penderita terdeteksi, kita terus melakukan pencegahan terhadap orang-orang yang kena HIV yang belum menderita AIDS. Puskesmas Singojuruh kemarin mendapat kunjungan dari Kementerian Kesehatan RI melalui Sub penanggulangan penyakit HIV & AIDS dr Irawati bersama –sama dari WHO dan Unicep yang membiayai pencegahaan penyakit HIV & AIDS, juga Diskes Propensi Jatim “ dr Safa’ad”, semuanya berjumlah 15 orang menyatakan “bahwa Puskesmas Singojuruh dalam menjalankan pencegahan HIV & AIDS bagus”

Puskesmas Singojuruh mempunyai Program Pencegahan Penyakit HIV & AIDS dan Ibu dan anak, sebab banyak ibu-ibu reproduksi dari umur 19- 45 tahun ini beri informasi , jangan sampai orang umur reproduksi itu diberi pemahaman tentang HIV & AIDS jangan sampai mereka-mereka yang mempunyai suami jangan sampai ada yang menderita penyakit HIV & AIDS sehingga nantinya jangan menelarkan ke anaknya.

Program pencegahannya yaitu; FOm 1 jangan sampai wanita subur jangan sampai kena HIV & AIDS. Dengan cara promosi , penyuluhan kepada sekolah-sekolah SMP, SMA, pada penerimaan siswa baru, kepada anak-anak nongkrong.

Fom 2, wanita ibu rumah tangga mempunyai suami,kalau sudah kena setelah diperiksakan, jangan hamil dahulu diobati lebih dahulu.kalau sudah hamil lebih dulu,maka kita wajib periksa ibu hamil, kerena ini yang menyebabkan kematian bayi, untuk itu harus diobati lebih dahulu kalau mengidap penyakit HIV.

 Penularan ibu ke bayinya melalui plasentanya. Melalui arp ibunya diobati dan Insyaalah bayinya akan sehat. Kalau ibu hamil yang menderita HIV resiko tinggi, yang bisa menangani ada 2 RSU yaitu RSU Blambangan Banyuwangi dan RSUD Genteng. Katanya. (jok)
Lebih baru Lebih lama
Advertisement