KEDIRI - Saat-saat terakhir Bagus Adi Wibowo, 16, siswa SMKN 1 Purwoasri, yang tewas
dikeroyok teman–teman sekolahnya terungkap di persidangan, kemarin. Penyebab
kematian siswa kelas X ini pun terkuak. Itu setelah majelis hakim mendengarkan
keterangan dari saksi ahli.(Kamis 02/06/2016).
Dalam sidang sekitar pukul 13.30 hingga 16.00 itu, prosesnya berlangsung
secara tertutup. Pasalnya, empat terdakwa yang dimejahijaukan masih anak-anak.
Keempatnya pelajar SMKN 1 Purwoasri.
Mereka adalah Ir, 16, siswa asal Desa/Kecamatan Plemahan, Ko, 16, siswa
dari Desa Kapas, Kecamatan Kunjang, dan dua pelaku asal Kecamatan Purwoasri.
Yaitu Av, 17, pelajar asal Desa Purwodadi, dan Kh, 17, asal Desa Pandansari.
Ditemui usai persidangan oleh koran ini , Jaksa Penuntut Umum (JPU) Novan
Sofyan menerangkan, pihaknya mendengarkan 5 saksi ahli dari dokter yang
menangani pelajar asal Desa Kedungmalang, Kecamatan Papar itu. Mereka
mengungkapkan kondisi Bagus sebelum maupun sesudah meninggal.“Dari lima saksi ahli, tiga dokter datang memberikan kesaksian. Sedangkan
dua dokter lainnya tidak bisa hadir,” terang Novan.
Dia menambahkan, dokter yang datang ke sidang kemarin adalah dua dokter
dari RSUD Pare. Yaitu dr Tjoki M. Panggabean dan dr Houdini Pradanawan.
Sedangkan satu dokter lainnya adalah dokter forensik dari RS Bhayangkara Kediri
dr Tutik Purwati.
Sementara dua dokter yang tidak hadir adalah dr Nuril dari RSUD Dr Soetomo,
Surabaya, dan dr Marintik Ilahi dari RSJ Lawang, Malang. Walaupun tidak hadir,
kedua dokter itu mengirimkan berkas pemeriksaan kondisi Bagus kepada jaksa.
Ketika sidang, atas persetujuan majelis hakim yang diketuai Kurnia
Mustikawati, JPU membacakan berkas dua dokter itu. “Kesaksian dua dokter itu
saya bacakan atas kehendak hakim,” ungkap Novan.
Dua dokter ini, menurut jaksa ini, menjelaskan terkait penyakit Bagus saat
kali pertama dibawa keluarganya ke rumah sakit (RS). “Keduanya menjelaskan
penyakit Bagus hingga mengalami depresi berat dan harus dirujuk ke RSJ (rumahs
akit jiwa) Lawang. Kemudian dari Lawang kembali dirujuk ke RSUD Dr Soetomo
karena parahnya,” papar Novan.
Pada persidangan itu, lanjut JPU, dr Tutik Purwati dari bagian forensik RS
Bhayangkara Kediri juga menjelaskan hasil otopsi yang dilakukan bersama timnya.
Itu setelah dilakukan pembongkaran makam Bagus di Desa Kedungmalang pada Minggu
(20/3).
Dari keterangan Tutik, terkuak bukti penyebab kematian Bagus. Seperti
beberapa luka yang ada pada tubuh pelajar itu. Paling banyak luka di kepala dan
perut. “Luka-luka itu akibat benturan,” terang Novan.
Menguatkan bukti itu, Sriani, 49, ibu Bagus, yang juga hadir di Pengadilan
Negeri (PN) Kabupaten Kediri, itu menunjukkan hasil rontgen anaknya dari RSUD
Dr Soetomo. Menilik hasil rontgen dan hasil analisa otopsinya. Tutik menyebut
kematian Bagus akibat adanya gumpalan darah di otak dan radang atau infeksi
paru-paru.
Setelah sidang berakhir, Sriani langsung keluar dari ruang persidangan.
Dari wajahnya tersirat kesedihan mendalam. Air matanya meleleh. Saat ditanya,
dia menjawab, sambil sesunggukan. Sriani berharap, para terdakwa yang
mengeroyok anaknya dihukum setimpal. “Semoga dihukum seberat-beratnya Mas,”
urainya.
Seperti diberitakan, pengeroyokan Bagus terjadi di tempat parkir SMKN 1
Purwoasri (22/1). Dugaan Bagus tewas akibat dikeroyok itu menguat dari
keterangan Sriani. Saat sakit parah dan dirawat di RSUD Pare, Bagus bercerita
pada ibunya, bahwa sakitnya karena dikeroyok teman-temannya.
Bahkan, dia sempat trauma dan depresi. Sehingga
dirujuk ke RSJ Lawang, Malang. Namun lantaran kondisinya semakin parah, Bagus
dirujuk ke RSUD Dr Soetomo, Surabaya. Di rumah sakit itu, diagnosa dokter
menyebut, Bagus infeksi otak yang menjalar ke paru-paru dan ginjalnya bocor.
Hingga akhirnya Bagus meninggal di RSUD Dr Soetomo, pada Kamis (17/3) beberapa
bulan yang lalu. (Wan/Lum)