BONDOWOSO –
Derajat kesehatan merupakan indikator meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). Di Bondowoso, yang masih menjadi penanganan intens selama ini adalah
penekanan kesehayaan Ibu dan Anak. Dimana angka kematian Ibu dan Bayi (AKI-AKB)
masih terus ada. Penanganan ini nyatanya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah
Indonesia, namun juga mendapat perhatian dari pihak lain.
Salah satu
perhatian nasional itu datang dari Jepang. Pemerintah Jepang melalui Konsul
Jenderal Jepang memberi bantuan hibah Ponkesdes (Pos Kesehatan Desa) yang
terletak di Desa Sumber Waru Kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso. Dalam
realisasinya, Konsul Jendral Jepang bekerja sama dengan Pusat Studi dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSPSDM) Mataram, NTB. Targetnya membantu
peningkatan kesehatan ibu anak dan penguatan kapasitas kelembagaan posyandu,
tutur Yoshiharu Kato, Konsul Jenderal Jepang di Surabaya saat menghadiri peresmian
Poskesdes di Desa Sumber Waru Kecamatan Binakal.
Dijelaskan, ada
dua tempat yang menjadi sasaran bantuan di Bondowoso, pertama di Desa Sumber Waru
Kecamatan Binakal. Ditempat tersebut Pemerintah Jepang membangun Poskesdes di atas
lahan 500 meter persegi. Di dalamnya terdiri dari ruang periksa, ruang
bayi/NICU, ruang bersalin, ruang inap pasien dan ruang tinggal bidan. Selain
bangunan, juga ada bantuan incubator
bayi digital, phototerapy, meja
resusitasi dan bed pasien. Ada 439 pasangan usia subur di desa ini, tentunya dengan
adanya fasilitas ini, akan meminimalisir angka kematian ibu dan bayi, tuturnya.
Selain di Desa
Sumber Waru ada bantuan juga di desa Kecamatan Pakem. Namun bantuan itu bukan
dalam wujud fisik, melainkan pembinaan. Seperti pendamping posyandu, pelatihan
pemberian makanan tambahan untuk mengurangi balita kurang gizi, memberikan
bantuan PMT posyandu dan beberapa kegiatan lain.
Bupati Bondowoso
Drs. H. Amin Said Husni sangat menyambut baik semangat tersebut. Apalagi memang
pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan penekanan terhadap
peningkatan kesehatan ibu dan anak. Fasilitas kesehatan ini sangat penting dalam
rangka peningkatan derajat kesehatan, jelasnya.
Data dari Dinas
Kesehatan Bondowoso, pada tahun 2016 ini sudah ada 16 kasus kelahiran yang
mengakibatkan kematian ibu. Sehingga jika dilihat dari angka perseratus ribu
kelahiran hidup, angka itu masuk kategori tinggi. Karena realita itu,
pemerintah terus menekan agar jumlahnya tidak bertambah lagi. Selain masalah
ibu dan bayi, masalah yang tak kalah penting adalah penanganan gizi dengan
adanya fasilitas ini, kami berharap bisa digunakan maksimal oleh masyarakat,
tegasnya.
Amin
menambahkan, selain adanya fasilitas pihaknya juga akan mendorong adanya satu
bidan dan satu perawat di setiap desa. Sebab selama ini kondisinya masih belum
merata. Kebanyakan dalam satu desa hanya ada satu bidan saja. Kedepan kami
mendorong peningkatan tersebut, jelasnya.
Sementara Ketua
Pusat Studi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSPSDM) Mataram Nur Akhmad
Yani mengatakan, keberhasilan pelaksanaan dan percapaian proyek tersebut
merupakan bentuk kerjasama dan peran aktif berbagai pihak. Baik masyarakat maupun Permkab
Bondowoso. Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik
antara rakyat Jepang dan rakyat Indonesia, tuturnya.
Dijelaskan ada empat
proyek yang dihasilkan dari kerja sama dengan Pemerintah Jepang dalam setahun.
Beberapa proyek itu berasal dari seleksi ratusan proposal. Ada dua konsen yang
menjadi garapan, yakni bidang pendidikan dan kesehatan. semuanya masuk dalam
program grassroot atau program akar
rumput. Sedangkan khusus untuk Desa Sumber Waru ada sebanyak 325 balita, 38 ibu
hamil, 35 kader posyandu, 439 pasangan usia subur dan 1.750 jiwa penduduk yang
bisa memamfaatkan fasilitas tersebut. Intinya, dengan adanya pembangunan sarana
kesehatan ini, masyarakat bisa lebih mudah mengakses kesehatan, tandasnya. (Tok/Hen)