BONDOWOSO –
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri
dan menjadi produsen kopi pertama di dunia, serta mengantisipasi krisis kopi
pada tahun 2023, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember
memperkenalkan bibit kopi super, dalam kegiatan temu lapang kopi 2016 di Kebun
Percobaan KPH Andungsari Kecamatan Pakem Kabupaten Bondowoso acara tersebut di
ikuti sekitar 340 peserta dari berbagai Kabupaten di Pulau Jawa, Sumatera,
kalimantan, sulawesi, bali, dan NTB.
Bibit
kopi super ini secara langsung diperkenalkan kepada Bupati Bondowoso Drs.
H. Amin Said Husni agar mampu
mendongkrak produksi kopi di Bondowoso, sehingga mampu memberikan kontribusi
bagi peningkatan produktivitas kopi di Indonesia.
Dirut
Puslitkoka Jember Dr Ir Sunawi mengatakan, bibit kopi super ini memiliki
sejumlah keunggulan dibandingkan jenis kopi konvensional. Selain dari segi pruduktivitasnya,
bibit ini juga tahan tehadap perubahan iklim global. Dengan menggunakan bibit
jenis super ini, kita mampu memproduksi kopi hingga 25 %. Jika bibit
konvensional produksi kopi petani berkisar 1 hingga 1,5 ton per hektar,
sedangkan produksi bibit super mencapai 2 ton per hektar, katanya.
Sunawi
juga menjelaskan, produksi kopi Indonesia saat ini stagnan pada angka 5%, yang
jauh berada di bawah tingkat konsumsi kopi yang meningkat tajam hingga 14%. Jika
saat ini tidak ada perubahan, bukan tidak mungkin pada tahun 2023 Indonesia
akan krisis kopi dan menjadi net importir kopi. Oleh karena itu, dengan inovasi
teknologi bibit kopi super ini diharapkan bisa mendongkrak produkjsi kopi di
Indonesia, katanya.
Ia mengatakan, bibit
kopi super memnpunyai kelebihan dari segi produksi, karena bibit ini memiliki
perakaran bagus yang toleran terhadap nematoda parasit, serta tahan kering
sehingga sesuai dikembangkan dilahan krisis. Keunggulan bibit ini memang pada batang
bawah yang tahan terhadap nematoda. Selanjutnya karena perakaran bagus akan
pengaruh terhadap produksi batang atas, katanya. (Tok/Hen)