JOMBANG - Puluhan korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di Jombang diberi pelatihan khusus. Dengan begitu, mereka diharapkan mampu berwirausaha. Untuk gelombang pertama, korban PHK tersebut pelatihan membuat makanan olahan dari hasil pertanian, Senin (25/4/2016).
"Upaya ini kami lakukan untuk mengatasi dampak PHK. Hari ini sebanyak 50 korban PHK kita beri pelatihan membuat makanan olahan," ujar Suhartoyo, Kepala Bidang Pelatihan dan Produktifitas Disnakertransduk (Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan) Jawa Timur, saat membuka pelatihan alih kerja bagi 50 korban PHK di Hotel Yusro Jombang.
Mengapa hanya 50 orang korban PHK? Suhartoyo menjelaskan, jumlah itu sesuai permintaan dari pemkab setempat. Jika memang kurang, lanjutnya, pemerintah setempat bisa mengajukan lagi nama-nama korban PHK yang akan diberi pelatihan alih kerja. Materi pelatihan juga disesuaikan dengan permintaan pemerintah setempat.
Sebanyak 50 korban PHK itu akan menjalani pelatihan selama 48 jam. "Untuk angkatan ini, kita memberikan mateti pelatihan tentang pembuatan makanan olahan dari hasil pertanian," kata Suhartoyo mengulang.
Disinggung soal permodalan, Suhartoyo menegaskan bahwa pihak Disnakertransduk tidak memberikan fasilitas tersebut. Menurutnya, akses permodalan akan ditangani oleh pemkab setempat. "Kita hanya memberikan pelatihan keterampilan. Soal modal, menjadi wewenang pemerintah kabupaten," katanya.
Luluk, salah satu peserta pelatihan alih kerja, mengatakan, program tersebut sangat dibutuhkan bagi korban PHK seperti dirinya. Dengan begitu, jumlah angka pengangguran bisa terkurangi."Saya dulu kerja di PT MPS Ngoro. Yakni pabrik pembuatan rokok. Namun awal tahun kemarin saya kena PHK. Nah, setelah mendapat pelatihan ini, saya akan berwirausaha," ujar warga Desa Cukir, Kecamatan Diwek, ini.
Selain mantan karyawan PT MPS, pelatihan tersebut juga diikuti mantan buruh PT Volma Mojoagung. Pabrik yang memproduksi sepatu ini sudah tutup, sebanyak 3.500 buruh dirumahkan.(ko/bj)