Pol PP Jangan Seperti ‘Macan’ Pemerintah

LUMAJANG - Bupati Lumajang, Drs. H. As’at, M. Ag, menegaskan, Satuan Polisi Pamong Praja (Pol PP) harus tegas dalam melaksanakan tugasnya di lapangan.  Meski demikian, mereka tetap diminta humanis dan mengedepankan pendekatan persuasif bukan anarkis, sehingga tidak salah langkah.“Maka dari itu, agar tidak salah anggota Pol PP harus paham aturan. Perda kita banyak dan harus ditegakkan. Ini tugas Pol PP yang tidak ringan,” ujarnya saat membuka acara Diklat Pol PP, di Kantor Diklat Lumajang, Senin (11/4).

Selain itu, para penegak perda tersebut Pol PP diminta lebih berwibawa saat terjun di lapangan, cekatan, dan tidak menunggu banyaknya pelanggaran. Kalau mereka berwibawa, maka pemerintah akan ikut berwibawa. “Begitu ada gejala pelanggaran segera diingatkan. Jangan menunggu banyak pelanggaran baru ditindak,” paparnya.

Bupati As’at juga menyinggung soal penertiban PKL (Pedagang Kaki Lima) yang menjamur di beberapa titik, terutama di jalan protokol, termasuk PKL di depan Kantor Diklat dan sekitarnya. “Jangan saya sendiri yang turun untuk menertibkan. Dan seperti yang sering saya sampaikan sejak awal, yang melanggar peraturan tersebut terkadang keluarga Pol PP sendiri. Begitu juga dengan dishub, saat dilakukan penertiban, eh keluarga sendiri. Makanya sebelum dilakukan penertiban perda disosialisasikan dulu,” ujar Gus As’at.

“Misalnya sampai menangis karena barangnya dikorat-karitkan. Seperti bangunan liar di JLT beberapa bulan lalu, akhirnya lapaknya dibongkar sendiri oleh sang pemilik. Meskipun ada juga yang terpaksa dibongkar oleh kita. Kasus bangunan liar JLT terus kita lakukan persuasif hingga akhirnya tuntas tanpa harus ada gejolak,” pungkasnya.

Diakuinya, selama ini penegakan Perda oleh Pol PP masih menggunakan cara-cara persuasif sehingga tidak memunculkan konflik di masyarakat. Maka wajar kalau kemudian pemerintah kabupaten lain, kata Gus As’at, mau belajar ke Kabupaten Lumajang soal penegakan perda yang dilakukan Pol PP.

“Di luar mereka mau ngeguru ke kita. Menurut kita, apa yang dilakukan oleh Pol PP biasa-biasa saja, tapi menurut kabupaten lain beda. Bagaimana perda ditegakkan secara humanis tanpa memunculkan perlawanan,” ungkapnya.

Mantan guru SMAN 2 Lumajang ini juga mengingatkan agar Pol PP tidak menjadi seperti ‘macan’ nya pemerintah, tidak arogan, hati-hati dalam melakukan tindakan, serta jangan sampai melebihi polisi.“Itu yang saya pesankan. Meski demikian, Pol PP jangan kehilangan semangat untuk melakukan penertiban. Harus humanis jangan sangar dan menakutkan. Meskipun pakai seragam Pol PP tetap humanis,” ujarnya.

Bupati juga menekankan agar Polisi Pamong Praja tidak terlalu kaku saat mengawal dirinya dalam sebuah kegiatan, apalagi misalnya sampai mendorong-dorong orang sepuh yang ingin mendekatinya. Pembukaan pendidikan dan pelatihan Pol PP mengambil tema ‘Peningkatan Kapasitas Bagi Satpol PP Dalam Bidang Komunikasi Massa’.

Kepala Kantor Diklat, Nurwakit, dalam sambutannya, menyampaikan, kegiatan ini memberikan bekal teknis dan komunikasi massa, managemen konflik dan bagaimana melakukan tindakan jika terjadi aksi anarkhis. “Bagaimana melakukan pendekatan humanis dan preventif, meningkatkan komunikasi sosial, mengantisipasi unjuk rasa,” ungkapnya.

Peserta Diklat diikuti 40 orang dengan durasi waktu lima hari pemberian materi dan lima hari outclass, dan satu hari study banding. Di dalamnya ada diskusi dan sharing pengalaman. Nara sumber yang dihadirkan berasal dari Bidang Komunikasi dari Pol PP Surabaya, Kodim 0821, Kepolisian, BNK, BPBD, Bagian Hukum, dan Bagian Humas Pemkab Lumajang.(h) 
Lebih baru Lebih lama
Advertisement