SIDOARJO - Warga Desa Kalidawir Kecamatan Tanggulangin, mendapatkan pelatihan membatik di Balai Besar Pengrajin Batik Jogjakarta. Mereka siap menjadikan desanya menjadi salah satu sentra pengraji batik tulis di Sidoarjo.
Shofia salah satu peserta pelatihan menyatakan, bersama ibu-ibu PKK lainnya, akan terus belajar dan mengkaryakan hasil dalam pelatihan atau menimbah ilmu membatik di Jogjakarta. “Kami sangat semangat, apalagi keinginan para peserta pelatihan itu didukung oleh pihak desa,” ucapnya disela-sela acara menerima bantuan alat perlengkapan membatik dari Lapindo Brantas Inc Kamis (14/4/2016).
Kades Kalidawir M Anas mengemukakan, melihat dari karya-karya batik kaum ibu di berbagai desa dan kecamatan di Sidoarjo bisa sampai dikenal batik tulisnya di Indonesia, mestinya ibu-ibu PKK di desanya juga bisa mencontohnya atau dijadikan motivasi penyemangat. “Ilmu membatik sudah dipelajari, sekarang tinggal mengamalkan atau mewujudkan karya dari ilmu yang sudah diserap,” kata Anas.
Ia menambahkan, tekad kaum wanita di desanya itu sebagai langkah maju untuk mewujudkan karya yang nantinya bisa menghasilkan nilai yang positif dalam meningkatkan perekonomian. “Saya dukung cita-cita kaum ibu Kalidawir dan menjaga ke eksisannya, supaya Kalidawir menjadi kampung pengrajin batik,” harapnya.
Vice Presiden Public Relation Lapindo Brantas Inc, Hesti Armiwulan mengapresiasi dan mendukung keinginan warga Kalidawir menjadi kampong pengrajin batik tulis untuk kedepannya. Pihaknya selalu mendukung UKM di Siidoarjo dan usaha kelompok masyarakat di Sidoarjo, terutama di wilayah sekitar kerja operasional Lapindo Brantas Inc untuk maju.
Untuk itu, pihaknya membantu warga dalam peralatan untuk membatik, mulai dari canting, lilin, kompor dan lainnya.“Dan itu sangat klop didukung dengan keinginan warga peserta pelatihan yang menginginkan desanya menjadi salah satu sentra pengrajin batik di Sidoarjo, seperti kampung batik lainnya di Sidoarjo yang sudah dikenal masyarakat Indonesia secara luas,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Diskoperindag dan ESDM Fenny Apridawat i menambahkan, ilmu yang didapat dari pelatihan, harus benar-benar diamalkan atau diwujudkan dalam menciptakan karya. “Jika karya sudah dihasilkan, pengrajin juga harus bangga dengan hasil karyanya dan bisa pakai busana sendiri sebagai tahap awal untuk promosi. Mencintai karya sendiri itu harus dipunyai oleh setiap pengrajin,” tuturnya. (had)