Surabaya Newsweek –
Untuk Anak – anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ) yang ditampung di liponsos
Kalijudan, sekitar 48 anak dengan keterbelakangan fisik dan mental tersebut,
jumlah petugas pendampingnya hanya 4 orang, sementara Komisi D DPRD Surabaya
mengusulkan untuk penambahan tenaga pendamping.
Dengan
jumlah itu, komisi bidang kesejahteraan masyarakat ini menilai tidak ideal
untuk mendampingi mereka. Karena itu, Komisi D mengusulkan adanya penambahan
jumlah tenaga pendamping, sehingga terpenuhi komposisi ideal, yakni 1 tenaga
pendamping mengurusi 4 anak berkebutuhan khusus.
“Itu sebenarnya juga mungkin masih minim. Karena namanya
anak berkebutuhan khusus kadang ada yang rewel, bertengkar dan sebagainya,”
kata Ketua Komisi D DPRD Surabaya Agustin Poliana, kemarin.
Pihaknya mengetahui kondisi anak-anak penghuni Liponsos
Kalijudan dan petugas pendampingnya, setelah mengunjungi UPTD di bawah
Pemerintah Kota Surabaya itu, pada Sabtu (19/3/2016).
Menurut Titin, sapaan akrab Agustin Poliana, ABK di sana,
sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari para orangtua. “Saat kita
datang, mereka langsung memeluk sambil menangis. Sehingga membuat kita
terharu,” ungkapnya.
Sambutan serupa, jelas Titin, juga dialami semua tamu
yang mengunjungi liponsos. Anak-anak yang usianya antara 5 – 16 tahun tersebut
selalu menyambut tamu yang datang, dengan pelukan dan tangisan.
“Mereka sangat membutuhkan kasih sayang orang tua. Karena
sejak kecil sudah ditelantarkan orangtuanya,” papar Agustin.
Perempuan yang sudah menjadi legislator empat periode ini
mengungkapkan, anak-anak berkebutuhan khusus ini mayoritas ditemukan di jalan,
yang kemudian ditampung di liponsos. Pihaknya belum mengetahui pasti sampai
kapan mereka berada di liponsos.
Meski demikian, tambah dia, pemerintah kota tetap akan
memperhatikan nasib mereka sampai kapan pun. “Kita juga akan tetap
memperhatikan mereka,” ujarnya
Selain anak-anak berkebutuhan khusus, lanjut Titin,
Liponsos Kalijudan juga dihuni anak-anak berprestasi dari keluarga miskin yang
mendapatkan beasiswa bidik misi program Dinas Sosial Kota Surabaya. “Di sana
juga menampung siswa berprestasi, tapi mereka bisa lebih mandiri,” tuturnya
Dewan, tambah dia, mengapresiasi upaya pemerintah kota
yang peduli dan perhatian terhadap anak-anak cacat tersebut. Di asrama “Vila
Kalijudan” itu, mereka mendapatkan berbagai macam keterampilan.
“Ada seni lukis, handycraft, batik kemudian grup band.
Juga ada sekolah luar biasa (SLB), tapi belum maksimal,” jelasnya.
Selain penambahan jumlah tenaga pendamping, Komisi D juga
mengusulkan peningkatan gizi makanan mereka. Sebab, selama ini untuk makan tiga
kali sehari, anggarannya cuma Rp 15.000 per anak. “Kan gizinya sangat kurang,”
sebut Titin.
Pihaknya juga memandang perlu adanya penambahan jumlah
guru khusus, dokter, psikolog dan lainnya. Untuk itu, Komisi D bakal mengundang
Asisten IV Sekkota dan Dinas Sosial Kota Surabaya agar kebutuhan penghuninya
bisa segera diatasi. ( Ham )