SAMPANG - Audensi yang dilakukan oleh sejumlah Aktivis
LSM yang mengatas namakan forum korban peduli banjir (FKPB) terhadap Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsos Nakertrans) Kabupaten Sampang
dalam melakukan penanggulangan banjir, Senin lalu, (21/3) di ruang kepala
Dinsos Nakertrans Malik Amrullah, nampaknya semakin mempertegas lemahnya
koordinasi antar satuan koordinasi pelaksana (satkorlak) Kabupaten Sampang
dalam penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Sampang.
Hal itu diakui oleh Malik Amrullah kepada Forum Korban Peduli Banjir. Malik menuturkan, lemahnya koordinasi antar satkorlak membuat penanggulangan bencana banjir tidak maksimal. Sebab, selain tidak memiliki standar operasional pelaksana (SOP), juga tidak ada koordinator untuk menampung bantuan dari para donatur.
Hal itu diakui oleh Malik Amrullah kepada Forum Korban Peduli Banjir. Malik menuturkan, lemahnya koordinasi antar satkorlak membuat penanggulangan bencana banjir tidak maksimal. Sebab, selain tidak memiliki standar operasional pelaksana (SOP), juga tidak ada koordinator untuk menampung bantuan dari para donatur.
Selain itu, malik juga mengungkapkan, dapur umum (DU) yang
berada di desa dan kelurahan dengan harapan untuk bisa membantu dalam melakukan
pendistribusian nasi bungkus, justru tidak bekerja meskipun sudah diberikan
bantuan bufferstock. ”Terima kasih atas audiensi yang teman-teman lakukan hari ini.
Karena masukan dari teman-teman sekalian akan menjadi evaluasi bagi kami,
”ujarnya.
Kami masih akan melakukan pembahasan terkait SOP itu dengan Sekretaris Daerah (Sekda). Karena, koordinator dari satkorlak adalah Sekda. Kami dari instansi terkait hanya sebatas pelaksana saja.Mengenai tidak maksimalnya pendistribusian nasi bungkus saat banjir, itu disebabkan karena DU yang berada di desa dan kelurahan yang lain tidak bekerja, padahal kami sudah memberikan bantuan bufferstock (alat-alat dapur), untuk bisa melakukan kegiatan dapur umum.
Lebih lanjut Malik menjelaskan, ”dalam jangka waktu dekat ini, kami akan melakukan penarikan bufferstock di beberapa desa dan kelurahan. Kecuali yang berada di jalan Semeru, Pendopo Bupati Sampang dan stinggil, kampung Babaran jalan pahlawan. Karena ketiga DU itu sudah bekerja maksimal, ”terangnya.
Disinggung jumlah nasi bungkus yang terdistribusi oleh koordinator forum peduli korban banjir Alan Kaisan, Malik mengatakan, pihaknya sudah mendistribusikan nasi sebanyak 35 ribu nasi bungkus, yang didistribusikan oleh beberapa relawan dan TNI. ”Banjir 28 Februari lalu, kami sudah mendistribusikan sebanyak 35 ribu nasi bungkus, dibantu oleh para relawan dan TNI dari Kodim 0828, ”terangnya.
Ketika ditanya terkait anggaran untuk DU yang berada di desa dan kelurahan, Malik mengaku dirinya tidak mengetahui besaran anggarannya. Sebab, anggaran itu diberikan ke masing-masing DU oleh Bupati Sampang melalui dana pribadi.”Anggaran dana itu langsung diberikan oleh Bupati, kecuali kedua DU yang berada di Semeru dan Pendopo. Karena kedua DU itu menggunakan dana APBD,lainnya langsung dari Bupati," ujarnya.
”Bantuan dari beberapa donatur memang tidak satu pintu. Hal itu dikarenakan lemahnya koordinasi antar Satkorlak, sehingga terjadi simpang siur dalam pendistribusian bantuan.
Sementara Koordinator Forum Korban Peduli Banjir Sampang Alan Kaisan mengatakan, ada perubahan data yang disampaikan oleh Malik ketika audiensi dengan Pemkab dengan yang sekarang. yang pertama terkait nasi bungkus terhadap korban banjir, Kabidnya Syamsul Hidayat mengatakan ada enam titik. Namun saat ini, malik mengatakan ada tujuh titik, sehingga jumlahnya bertambah.
”Ketidak transparanan dan kesimpang siuran informasi yang diberikan oleh Dinsos Nakertrans, saya rasa Pemkab tak serius dalam menangani banjir. Namun informasi itu akan tetap menjadi tambahan data untuk evaluasi bagi kami dalam melakukan cek dan ricek. Terkait jumlah donatur dan besaran anggarannya, hingga saat ini Pemkab dan Dinas Sosial belum terbuka, namun untuk kedua DU yang berada di jalan Semeru dan Pendopo Sampang itu menggunakan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) II, ”bebernya.
Lanjut Alan, Malik mengatakan, bahwa anggaran senilai Rp.7000/bungkus. jika diglobal dengan jumlah nasi yang didistribusikan, yakni- sebanyak 35.000 nasi bungkus, maka anggaran untuk bantuan korban banjir melalui nasi bungkus sebesar Rp. 245.000.000. dan itu tidak termasuk honor para pekerjanya. ”Masih ada yang disembunyikan oleh Malik, mengenai anggaran keseluruhannya. Baik dari para donator, maupun dari SKK Migas. Untuk itu saya berharap, rencana bantuan Rp 2 juta untuk bantuan korban terdampak banjir dari APBD itu bisa terealisasi dengan tepat sasaran,”harapnya. (din)
Kami masih akan melakukan pembahasan terkait SOP itu dengan Sekretaris Daerah (Sekda). Karena, koordinator dari satkorlak adalah Sekda. Kami dari instansi terkait hanya sebatas pelaksana saja.Mengenai tidak maksimalnya pendistribusian nasi bungkus saat banjir, itu disebabkan karena DU yang berada di desa dan kelurahan yang lain tidak bekerja, padahal kami sudah memberikan bantuan bufferstock (alat-alat dapur), untuk bisa melakukan kegiatan dapur umum.
Lebih lanjut Malik menjelaskan, ”dalam jangka waktu dekat ini, kami akan melakukan penarikan bufferstock di beberapa desa dan kelurahan. Kecuali yang berada di jalan Semeru, Pendopo Bupati Sampang dan stinggil, kampung Babaran jalan pahlawan. Karena ketiga DU itu sudah bekerja maksimal, ”terangnya.
Disinggung jumlah nasi bungkus yang terdistribusi oleh koordinator forum peduli korban banjir Alan Kaisan, Malik mengatakan, pihaknya sudah mendistribusikan nasi sebanyak 35 ribu nasi bungkus, yang didistribusikan oleh beberapa relawan dan TNI. ”Banjir 28 Februari lalu, kami sudah mendistribusikan sebanyak 35 ribu nasi bungkus, dibantu oleh para relawan dan TNI dari Kodim 0828, ”terangnya.
Ketika ditanya terkait anggaran untuk DU yang berada di desa dan kelurahan, Malik mengaku dirinya tidak mengetahui besaran anggarannya. Sebab, anggaran itu diberikan ke masing-masing DU oleh Bupati Sampang melalui dana pribadi.”Anggaran dana itu langsung diberikan oleh Bupati, kecuali kedua DU yang berada di Semeru dan Pendopo. Karena kedua DU itu menggunakan dana APBD,lainnya langsung dari Bupati," ujarnya.
”Bantuan dari beberapa donatur memang tidak satu pintu. Hal itu dikarenakan lemahnya koordinasi antar Satkorlak, sehingga terjadi simpang siur dalam pendistribusian bantuan.
Sementara Koordinator Forum Korban Peduli Banjir Sampang Alan Kaisan mengatakan, ada perubahan data yang disampaikan oleh Malik ketika audiensi dengan Pemkab dengan yang sekarang. yang pertama terkait nasi bungkus terhadap korban banjir, Kabidnya Syamsul Hidayat mengatakan ada enam titik. Namun saat ini, malik mengatakan ada tujuh titik, sehingga jumlahnya bertambah.
”Ketidak transparanan dan kesimpang siuran informasi yang diberikan oleh Dinsos Nakertrans, saya rasa Pemkab tak serius dalam menangani banjir. Namun informasi itu akan tetap menjadi tambahan data untuk evaluasi bagi kami dalam melakukan cek dan ricek. Terkait jumlah donatur dan besaran anggarannya, hingga saat ini Pemkab dan Dinas Sosial belum terbuka, namun untuk kedua DU yang berada di jalan Semeru dan Pendopo Sampang itu menggunakan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) II, ”bebernya.
Lanjut Alan, Malik mengatakan, bahwa anggaran senilai Rp.7000/bungkus. jika diglobal dengan jumlah nasi yang didistribusikan, yakni- sebanyak 35.000 nasi bungkus, maka anggaran untuk bantuan korban banjir melalui nasi bungkus sebesar Rp. 245.000.000. dan itu tidak termasuk honor para pekerjanya. ”Masih ada yang disembunyikan oleh Malik, mengenai anggaran keseluruhannya. Baik dari para donator, maupun dari SKK Migas. Untuk itu saya berharap, rencana bantuan Rp 2 juta untuk bantuan korban terdampak banjir dari APBD itu bisa terealisasi dengan tepat sasaran,”harapnya. (din)