BLITAR
– Pertanggal 12 Februari
2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar menemukan 85 kasus demam
berdarah,sedang 4 diantaranya meninggal dunia. Kepala bidang Penanggulangan
Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK)
Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Dokter Christine Indrawati mengatakan diawal bulan Januari tercatat 35
kasus penderita Demam Berdarah, sedangkan di bulan Februari bertambah menjadi 50 kasus orang menderita
Demam Berdarah.
Masih
menurut Dr.Chistine hal ini cukup tinggi mengingat prosentase yang di gunakan
untuk menekan kasus Demam Berdarah sebesar 1 Persen, Namun di kabupaten Blitar
di awal bulan Januari saja sudah mencapai 5 persen, pihaknya menyarankan
masyarakat untuk menekan angka penderita Demam Berdarah dengan melakukan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan cara 4M Menguras, Mengubur , Menutup dan
Memantau.
Walaupun Pada tahun ini serangan DBD
di Kabupaten Blitar lebih luas. Indikasinya, DBD tidak hanya terjadi di tiga
kecamatan endemis, yakni Kesamben, Sanankulon dan Srengat. Beberapa kecamatan
yang sebelumnya tidak pernah terjadi kasus DBD, tahun ini juga
terjangkit.“Untuk itu dinkes kabupaten
Blitar menghimbau agar masyarakat waspada
dan selalu menjaga kebersihan lingkungan.
Berbagai upayapun di lakukan
pemerintah kabupaten Blitar melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, “Selain
pengasapan (fogging) dan abatisasi, yakni menaburi sumur dan tempat tempat air
dengan abate, dinas memilih menggiatkan kampanye pemberantasan sarang nyamuk
(PSN). Dinas Kesehatan kabupaten Blitar menggencarkan prilaku hidup sehat,
khususnya pada konteks melenyapkan segala sesuatu yang bisa menjadi
perkembangbiakkan nyamuk.“Hal itu mengingat di musim penghujan yang diselingi
panas tersebut menimbulkan banyak genangan. Ini yang harus
diwaspadai,.tambahnya.
Di tempat terpisah Kepala Puskesmas
Kecamatan Bakung dr.Agus Andreas saat di konfirmasi di ruang
kerjanya pada Senin (2/3) Pencegahan dan Penanggulangan Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan momok penyakit pada musim hujan. Penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus ini sebenarnya bisa
kita minimalisir penyebarannya di lingkungan kita asalkan saja kita mau untuk
tahu cara penanggulangannya dan perduli akan kebersihan di sekitar rumah
kita.Di Kecamatan Bakung terdapat tiga (3) kasus DBD meliputi 1 kasus di Desa Lorejo,1 kasus di desa
Bakung dan 1 kasus di Desa Plandirejo.
Pencegahan penyebaran penyakit DBD
sangat tergantung pada pencegahan pembawa sumber penyakitnya, yakni
mengendalikan perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus pada
lingkungan sekitar kita. Beberapa Metode Pencegahan & Pengendalian
Perkembang Biakan Nyamuk Demam Berdarah : Metode Lingkungan Menguras bak
mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu. Mengganti/menguras
vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali. Menutup dengan rapat tempat
penampungan air. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di
sekitar rumah dan lain sebagainya, sedangkan
Metode Biologis Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan
ikan pemakan jentik (Ikan Cupang).
Metode Kimiawi Pengasapan/ fogging berguna untuk
mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk
Abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan- air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan
lain-lain. Untuk menekan penyebaran
virus DBD di kecamatan Bakung kususnya
pihak pukesmas kecamatan Bakung secara rutin memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat akan kebersihan lingkungan sekitar serta
menerapkan pola hudup sehat. (dro)