
“Kita meminta harga jagung dinormalkan, karena
harganya tidak berpihak kepada peternak kecil. Selama ini Blitar menjadi ikon
penghasil unggas terbesar ditingkat nasional, maka kalau tidak cepat mendapat
solusi dari pemerintah akan menimbulkan masalah,” teriak Nurhamim, salah satu pengunjuk
rasa dalam orasinya di depan kantor Pemkab.
Sementara
itu, Sukarman, koordinator aksi mengatakan bahwa pemerintah harus secepatnya
menormalkan harga jagung pada kisaran Rp.3.500 sampai Rp.4.000. Dengan demikian
menurutnya petani dan peternak sama-sama tidak dirugikan. Namun demikian karena
jagung untuk saat ini langka, maka solusinya yang harus ditempuh adalah membuka
kran impor jagung. “Pemerintah harus membuka kran impor jagung untuk bulan
Februari saja, karena bulan Maret petani sudah mulai panen tanaman jagung. Jadi
dalam hal ini tidak ada yang merasa dirugikan,” ujar Sukarman disela-sela aksi.
Masih menurutnya, harga telur saat ini dari peternak kisaran Rp.18.500.
Dan harga pakan berkisar antara Rp.6.600, seharusnya dengan harga pakan
tersebut peternak agar tidak rugi harus menjual Rp.21.000. “Kalau dengan
harga telur saat ini harusnya harga pakan harus di kisaran antara Rp.4.000
sampai Rp.4.800. Itu sudah ada keuntungan,” terangnya.
Pada kesempatan tersebut, pengunjuk rasa ditemui oleh Pj. Bupati Blitar,
Drs. Palal Ali Santoso. Pihaknya berjanji akan segera menindaklanjuti aspirasi
pengunjuk rasa. “Berdasarkan informasi yang kami peroleh, Menteri Pertanian
telah menyetujui penormalan harga jagung. Dalam 1 sampai 2 hari mudah-mudahan
sudah ada kabar baik,” ujarnya didepan pengunjuk rasa.
Dirinya juga menambahkan bahwa informasinya jagung
impor sudah masuk di pelabuhan tinggal Mentan tanda tangan saja. Sedangkan
untuk pendistribusian diserahkan kepada pihak Bulog. “Informasi yang kami
dapat, harganya sekitar Rp.3.900,” imbuh Palal.
