SIDOARJO - RPH (Rumah Pemotongan Hewan) Krian yang merupakan tempat pemotongan hewan terbesar di Kabupaten Sidoarjo, sudah bertahun-tahun tak layak operasi. Selain kurang bersih, gedung tempat pemotongan hewan boleh dikata kurang luas. Selain itu, tempat pengelohan limbahnya (IPAL) juga kurang bagus, sehingga menyebarkan bau tak sedap.
Akibatnya, masyarakat di Ngingas Krian sering kali melakukan protes, namun belum juga ada respon. Untuk mengatasi permasalahan di RPH Krian tersebut, DPRD Kabupaten Sidoarjo mendesak Pemkab Sidoarjo selaku pemilik melalui dinas terkait DP3 (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan) untuk melakukan revitalisasi.
Setidaknya ini dilontarkan Bangun Winarso, ketua Fraksi PAN (Partai Amanat Nasional), yang menegaskan DPRD Sidoarjo telah mengajukan revitalisasi RPH ini.“Sudah saatnya RPH Krian diperbaruhi, baik gedung nya, infrastruktur dan peralatan yang dimiliki. Sebab kesemuanya sudah tidak sesuai mengingat kapasitas penyembelihan hewan sangat besar sekali,” jelas Bangun.
Menurutnya, bila direvitalisasi, Pemkab Sidoarjo memang harus merogoh anggaran cukup besar sekitar Rp 10 miliar untuk pembangunan gedung, dan Rp 6 miliar untuk konstruksi dan peralatan penyembelihannya.
Sebagaimana yang ia kunjungi di lokasi penyembelihan hewan, Starbook di Brisbane, Australia. Disana sangatlah hygienis dan bisa dicontoh dan diterapkan di RPH Krian, dimana rata-rata penyembelihannya mencapai seratus ekor hewan.Dan yang paling penting sistem pengelolaan limbahnya sudah satu paket dan tidak menyebarkan bau yang tak sedap. (had)