BLITAR – Akibat
tidak kuat menahan guyuran hujan yang disertai angin selama tiga hari tiga
malam, membuat bangunan Sekolah Dasar Negeri 04 Bakung Desa Bakung Kecamatan
Udanawu Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Jum’at (11/12) pukul 10.30 WIB kemarin
roboh. Akibat kejadian tersebut, siswa terpaksa harus belajar di luar dengan
beralaskan lantai, karena sekolah mereka rusak parah dan tidak bisa digunakan.
Dari pantauan
di lapangan, SDN 04 Bakung Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar, atap bangunan di
empat ruang kelas Sekolah Dasar ini roboh, akibat diguyur hujan yang disertai
angin selama tiga hari tiga malam. Akibatnya puing-puing atap tersebut menimpa
peralatan mengajar, diantaranya, bangku dan papan tulis, hingga tidak dapat
dipergunakan untuk proses belajar mengajar. Diduga robohnya atap bangunan kelas
yang terbuat dari galvalum tersebut tak kuat menahan derasnya hujan.
Ruang Kelas yang kondisinya rusak parah akibat atapnya ambrol |
Lebih lanjut
Hariono menyampaian, agar siswa yang datang ke sekolah tidak masuk ke dalam
kelas yang roboh, pihak sekolah memberi papan peringatan agar siswa tidak
masuk. Karena ditakutkan puing-puing yang terbuat dari galvalum tersebut akan
roboh dan memakan korban.
Sementara itu
Kasun Bakung, Nanang mengatakan, robohnya atap ruang kelas dari konstruksi
Galvalum yang dibangun tahun 2009 ini, karena pembangunannya diduga menyalahi
aturan atau tidak sesuai bestek. Dia mencontohkan, seharusnya ukuran ketebalan
Galvalum tersebut minimal 0.100 milimeter dengan jarak 100 centimeter. Namun
diduga oleh rekanan yang melaksanakan pembangunan hanya menggunakan 0.75
milimeter. Selain itu menurut Nanang, seharusnya konstruksi dari Galvalum bisa
bertahan hingga 25 tahun.
“ Kami menduga,
robohnya ruang kelas tersebut karena konstruksi Galvalumnya tidak sesuai dengan
spek. Seharusnya jika sesuai spek, konstruksi tersebut bisa bertahan hingga 25
tahun. Ini baru sekitar 6 tahun sudah roboh.,” jelas Kasun Bakung. Dia juga
berharap, agar kedepannya pihak Sekolah khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten
Blitar agar lebih teliti dalam melakukan pengawasan, terutama terkait kwalitas
bangunan yang akan dikerjakan.
“Pihak Sekolah dan Dinas Penddikan, harus lebih selektif
dalam memilih rekanan juga teliti dalam pengawasan pelaksanaan pembangunan,
agar dikemudian hari tidak terjadi seperti ini lagi. Selain itu pihak rekanan
yang mengerjakan ruang Kelas SDN 04 ini harus bertanguung jawab,” tegasnya.
Buntut musibah
ambruknya atap 4 empat kelas Sekolah Dasar Negeri 04 Bakung, Kecamatan Udanawu
Kabupaten Blitar, pada Jum’at (11/12) kemarin, membuat Kejaksaan Negeri Blitar
angkat Bicara. Pasalnya, pihak Kejaksaan mencurigai adanya penyimpangan terkait
pembangunan atap empat ruang kelas yang terbuat dari Galvalum.
Dikatakan Kasi
Intelejen Kejari Blitar, Hargo Bawono, SH, pihaknya mengaku telah mendapat
informasi/laporan dari warga setempat, terkait robohnya atap ruang kelas dari
konstruksi Galvalum yang dibangun tahun 2009. Menurut laporan warga,
pembangunan empat ruang kelas tersebut, diduga menyalahi aturan atau tidak
sesuai bestek. Dia mencontohkan, seharusnya ukuran ketebalan Galvalum tersebut
minimal 1 milimeter. Namun diduga oleh rekanan yang melaksanakan pembangunan
hanya menggunakan 0.75 milimeter. Selain itu menurut laporan warga, seharusnya
konstruksi dari Galvalum bisa bertahan hingga 25 tahun.
“ Dari informasi/laporan warga, diduga kuat, robohnya ruang
kelas tersebut karena konstruksi Galvalumnya tidak sesuai dengan spek,” jelas
Hargo Bawono, Senin (14/12) di ruang kerjanya.
Lebih lanjut
dia menyampaikan, atas informasi dari warga tersebut, pihaknya akan mengumpulkan
bahan dan keterangan (pulbaket), dan segera melakukan pemanggilan kepada Kepala
Sekolah SDN 04 Bakung, juga pihak pelaksana pembangnan ruang kelas tersebut.
“ Dalam minggu ini, kami akan melayangkan surat pemanggilan kepada Kepala Sekolah dan pihak pelaksanan
pembangunan kelas yang roboh,” jelasnya.
Kasi
Intelejen Kejari Blitar ini juga menambahkan, dari informasi yang dihimpun,
diduga kuat pelaksanaan pembangunan empat kelas, yang seharusnya diswakelolakan
tersebut, dilaksanakan oleh pihak ke tiga atau rekanan, yang saat itu ( tahun
2009.red) melalui oknum Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten Blitar.
Sementara
itu Kepala Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten Blitar, Drs. Totok
Subihandono, MSi saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya mengatakan, bahwa
kejadian tersebut murni bencana alam akibat digur hujan yang disertai angin
kencang selama tiga hari tiga malam berturut-turut.“ Kejadian ini murni musibah
akibat bencana alam, yaitu hujan deras yang disertai angin kencang selama tiga
hari tiga malam,” jelasnya.
Lebih lanjut Totok Subihandono
menyampaikan, pihaknya hanya berharap agar proses belajar mengajar terus tetap
berjalan. “ Yang terpenting bagi kami, proses belajar mengajar agar tetap
bisa terus berjalan.,” pungkasnya.(tim)