Surabaya Newsweek- Berbagai upaya mandiri
dilakukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya untuk mencukupi
berbagai kebutuhan penunjang aktifitas. Jika sampah organik diolah menjadi
pupuk kompos dan digunakan untuk kelangsungan kesuburan tanah dan tanaman yang
ada di penjuru kota surabaya. Maka, limbah hasil dari perampingan pohon yang
dilakukan setiap harinya, diolah kembali menjadi energi listrik yang
difungsikan untuk mencupi pasokan kebutuhan listrik Kebun Bibit Bratang dan
Wonorejo.
Kepala UPT Pengolahan Rumah Kompos DKP Surabaya, Eddy Wahyu Tjandra
menjelaskan, limbah hasil perampingan berupa ranting pohon yang dilakukan
setiap hari dihampir enam titik di lima
penjuru kota Surabaya, dikumpulkan dan diolah menjadi listrik untuk memenuhi
kebutuhan listrik di Kebun Bibit Bratang dan Wonorejo.
“Sementara hanya dua dari 25 rumah kompos milik DKP yang memiliki
pembangkit listrik tenaga sampah. Untuk menghasilkan listrik sekitar 4 ribu
watt setiap harinya, DKP membutuhkan sekitar 70 hingga 80 kilogram ranting
kering dan sampah plastik. Listrik hasil pengolahan tersebut digunakan untuk
mencukupi kebutuhan listrik yang ada di taman,” imbuh Eddy.
Bekerjasama dengan Institut Teknologi Surabaya (ITS), DKP
merancang alat yang diberi nama Gasifikasi. Cara kerjanya pun cukup mudah,
limbah ranting dan plastik sisa perampingan dibakar di sebuah tungku, kemudian
gas hasil pembakaran berupa asap ditampung untuk menggerakan generator.
Nantinya, dari generator tersebut listrik disalurkan ke empat batrai sebagai
media penyimpanan energi listrik.
“Meskipun listrik sebesar 4000 watt tersebut hanya bertahan hingga
tujuh jam, tapi kami optimis kedepan listrik yang dihasilkan dari limbah sampah
dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan listrik di kebun bibit dalam waktu
yang cukup lama,” tegas Eddy.
Kepala DKP Kota Surabaya, Chalid Buchari menjelaskan meskipun jauh
dari sempurna, berbagai upaya dilakukan demi menciptakan lingkungan yang
bersih, sembari mencukupi kebutuhan taman secara mandiri.
“Rumah kompos sendiri telah berjalan sejak tahun 2013, kedepannya
kami berharap produksi pupuk di rumah kompos sendiri bisa bertambah. Jika pada
tahun ini produksi kompos mencapai 40 ton tiap produksi, kami berharap kedepan
bisa meningkatkan produksi hingga 50-100 ton tiap produksi. Nantinya, pupuk
kompos tersebut juga bisa digunakan bagi warga secara gratis” imbuh Chalid. (
Ham )