Surabaya Newsweek –Untuk mengormati Jasa- jasa para Pahlawan
dalam rangkaian Peringatan Hari Pahlawan 10 Nepember, Sekolah kebangsaan
mengelar di Taman Jayengrono jumat (30/10), acara digelar oleh para pelajar kota
Surabaya, dari tingkatan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA),
untuk kembali mengenang sekaligus belajar tentang sejarah perjuangan di Kota
Surabaya, serta meneladani sikap patriotisme para pahlawan.
Konsep
kegiatan sekolah kebangsaan, dikemas layaknya aktifitas belajar mengajar.
Penjabat (Pj) Wali Kota Surabaya, Nurwiyatno, ditemani para veteran saling
bergantian dalam memberikan materi. Lokasi yang dipilih pun, merupakan
tempat-tempat yang sarat akan nilai sejarah.
Pj Wali
Kota, Nurwiyatno mengingatkan kembali kepada ratusan pelajar agar tidak mudah
terpengaruh budaya asing, khususnya budaya yang bersifat negatif. Masuknya
budaya asing, dapat dengan mudah melunturkan nilai – nilai luhur perjuangan
para pahlawan kota surabaya.
“Tugas para
pelajar dalam meneruskan perjuangan para pahlawan adalah dengan cara belajar
giat di sekolah. Karena sekolah adalah sarana untuk meneruskan perjuangan. Banyak
budaya asing yang masuk dengan mudah, mengajarkan hal – hal baru, namun belum
tentu baik bagi kita,” imbuh Pj Wali Kota.
Pj Wali Kota
menjelaskan, dipilihnya Taman Jayengrono karena, taman ini dibangun untuk
mengenang semangat para perjuangan Arek –
Arek Suroboyo pada pertempuran dahsyat
di kawasan Jembatan Merah. Setelah PJ Wali kota menyampaikan nasihat, tiba
giliran Purnawirawan Kapten Supardi dari Legiun Veteran Repulik Indonesia.
Dengan
semangat berapi-api, Supardi menjelaskan tentang sejarah pertempuran di
jembatan merah. Bagaimana AWS Mallaby tewas, sehingga membuat pasukan sekutu
mengeluarkan ultimatum kepada pasukan Indonesia di Surabaya pada tanggal 9
November 1945 agar menyerahkan senjata tanpa syarat, dan pada tanggal 10
November 1945 pecahlah Pertempuran 10 November karena pihak Indonesia tidak
menghiraukan ultimatum ini.
Pada sesi tanya
jawab, Putri Fifiana Kusuma Ningrum dari SMPN 5 menyempatkan menanyakan tentang
bagaimana cara pahlawan yang meninggal, namun tidak diketahui identitasnya
dikebumikan. Supardi menjelaskan, jika
pahlawan yang meninggal tak memiliki identitias, maka akan dikebumikan di Taman
Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Bangsa dan 10 November di Jalan Mayjen Sungkono.
“Jika kalian
datang ke TMP Kusuma Bangsa, maka pada bagian belakang makan, ada zona yang
berisikan makam pahlawan tanpa identitas. Tak hanya pahlawan, tentara sekutu
yang tidak diketahui identitasnya juga dimakamkan dengan cara yang manusiawi di
TMP Moro Krembangan,” Jawab Supardi
Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya, Wiwiek Widayati menuturkan, tujuan
utama sekolah kebangsaan adalah memberikan pemahaman kepada pelajar surabaya
akan pentingnya nilai perjuangan. “Surabaya adalah satu-satunya kota yang
memiliki predikat sebagai kota pahlawan di Indonesia. Oleh karena itu, nilai
luhur perjuangan harus ditekankan kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk
para pelajar,” imbuhnya.
Selain
sekolah kebangsaan, Pemerintah Kota Surabaya juga memiliki banyak program
terkait hari pahlawan. Bekerja sama dengan Dinas Pendidikan (Dispendik)
mengajak para pelajar untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah. “Dispendik
yang menentukan jadwal pelajar maupun sekolah mana yang mengikuti program
secara bergilirian. Seperi pada kemarin Rabu (28/10) heroic track mengunjungi Balai Kota, TMP Kusuma Bangsa, Gedung
Nasional Indonesia, Tugu Pahlawan, dan Rumah H.O.S Tjokroaminoto,” imbuh
Wiwiek. (Ham )