Surabaya
Newsweek - Kota Surabaya dikenal memiliki berbagai banyak ruang
terbuka hijau (RTH) baik yang berada di pusat kota, maupun di kawasan padat
penduduk. Tentu saja RTH tersebut perlu mendapat perlakuan khusus, seperti
penyiraman setiap hari, perampingan ranting, serta pemupukan.
Dalam
perawatan tanah dan tanaman, setiap hari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP)
Kota Surabaya melakukan pemupukan mulai dari taman kota, hingga jalur
hijau. Pemupukan menggunakan pupuk hasil olahan dari rumah kompos milik
DKP Surabaya.
Kepala
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya, Chalid Buchari
menjelaskan, dua jenis pupuk yang digunakan untuk mendukung kesuburan mulai
tanah taman kota, jalur hijau, dan tanah yang ada di perkampungan milik warga,
setiap harinya disalurkan dari rumah kompos milik Pemerintah Kota Surabaya.
“Pupuk
kompos baik padat dan cair, setiap harinya didapat dari limbah pasar melalui
mobil compactor, kemudian dipilah di Superdepo Sutorejo, dan sampah oraganiknya
dijadikan pupuk di rumah kompos. Sedangkan sampah unorganiknya beberapa diolah
di bank sampah,” tegas Chalid Buchari saat ditemui di bank sampah BJSC Dukuh
Sutorejo.
Chalid
Buchari menambahkan, melalui pemilahan limbah pembuangan di Superdepo Sutorejo,
dan pengolahan sampah organik di rumah kompos. Bank sampah bisa mendapat
keuntungan antara 150-200 juta per bulan, pasar bisa menghemat biaya
operasional terkait limbah hingga 50 persen, dan karena limbah tidak masuk ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Keputih, DKP sendiri mampu menghemat
hingga dua miliar per tahun.
“Dari
pengolahan limbah organik, perharinya DKP mampu menghasilkan 1000 liter pupuk
kompos cair, dan 15 meter kubik pupuk kompos padat. Hal ini menyebabkan
kesuburan tanah dan taman tetap bisa dijaga setiap harinya, dan tanpa
mengeluarkan biaya sepeserpun untuk pembelian pupuk,” imbuh Chalid.
Hal
senada diungkapkan Wito selaku koordinator pengawas pengolahan pupuk kompos,
rumah kompos Bratang. Setiap hari, sekitar 10 armada dump truk datang ke rumah
kompos Bratang, membawa sampah organik hasil pengumpulan dari tujuh pasar besar
yang bekerja sama dengan DKP Surabaya, dan dari Pasar Induk Osowilangun
Surabaya.
Dijelaskan
Wito secara teknis, limbah organik berupa sayur dan buah yang dikumpulkan dari
pedagang, kemudian dicacah dengan mesin pencacah sampah organik, dan air yang
keluar dari limbah organik akan ditampung di bak penampungan.
“Nantinya,
untuk limbah organik yang padat, akan dibawa ke rumah kompos Sonokwijenan.
Sementara dari bak penampungan, pupuk cair akan disalurkan ke rumah kompos
Jambangan dan Tubanan untuk dilakukan penyiraman taman di sekitar sana. Sisanya
akan dibawa ke rumah kompos Bratang untuk disalurkan di mobil tangki yang telah
menunggu melakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan dencan cara menyiramkan air
yang terlah dicampur kompos cair, dengan perbandingan satu liter kompos cair
ditambah sepuluh liter air,” imbuh Wito.
Sebelumnya,
Chalid Buchari mengingatkan bagi masyarakat Kota Surabaya yang memiliki kebun
atau tanaman di daerah rumahnya. Bisa mendapatkan pupuk kompos baik padat atau
cair di 25 rumah kompos milik Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.
( Ham )