Surabaya
Newsweek - Sebagai besar kawasan yang dibangun dalam kota kitakyushu salah
satunya, Eco-Town ,dipakai sebagai komplek bangunan untuk penelitian lingkungan
dan sebagai bangunan, untuk komplek Industri yang berwawasan lingkungan.
Kawasan yang dibangun sebagai pusat penelitian lingkungan dan pengembangan
energy terbarukan (renewable Energy). Dalam kawasan ini 3 Perguruan Tinggi
disatukan Kitakyushu University, Kyushu Institue of Technology dan Waseda
University.
Agatha
Staf Ahli Eco – Town Kota Kitakyushu menjelaskan,” Sistem
ini menyatukan beberapa sumber energy, untuk memenuhi kebutuhan energy dalam
kota. Sumber energy tersebut seperti: Gas Panas Bumi, Panas
Matahari, Angin, dan gelombang laut. Dengan system smart Grid, potensi
kebutuhan setiap sumber energy tersebut dapat dipilih yang paling maksimal
dapat menghasilkan sesuai dengan waktu dan musim secara otomatis.
Masih
Agatha, selain itu untuk tenaga energy cadangan di simpan
dibawah laut ,dan bisa menyuplai energy sampai 26 juta kepala
keluarga . Sedangkan, untuk 6 kincir angin, dengan kapasitas menyuplai energy,
untuk 1 kincir angin bisa untuk 1 juta kepala keluarga dengan kapasitas
4 orang.
Namun
demikian, menurut Kepala Museum Lingkungan Kitakyushu Nakazono, Kini
Kitakyushu telah menjadi kota yang ramah lingkungan, dengan langit yang biru
dan udara yang bersih, serta terbebas dari limbah industri berbahaya, meskipun
industri besar, termasuk baja dan mobil, tetap tumbuh di sana namun, kami tetap
menjaga lingkungan.
"Kami terus melakukan pengembangan menjadi kota hijau dan pintar, dengan tingkat pelepasan karbon yang rendah untuk seluruh aktivitas kota walaupun, industry tumbuh besar akan tetapi,semua tetap menjaga lingkungan bersama- sama,” ujar Kepala Museum Lingkungan Kitakyushu Nakazono.
Walikota Kitakyushu Kenji Kitahashi menjelaskan, Untuk mengatasi limbah pabrik dan rumah tangga, setiap pabrik memiliki proses pengolahan limbah sendiri sebelum dibuang ke sungai atau laut. Demikian pula dengan limbah rumah tangga, dikumpulkan dalam satu fasilitas pengolahan limbah yang dikelola swasta, baru dibuang dalam keadaan ramah lingkungan.
"Kami terus melakukan pengembangan menjadi kota hijau dan pintar, dengan tingkat pelepasan karbon yang rendah untuk seluruh aktivitas kota walaupun, industry tumbuh besar akan tetapi,semua tetap menjaga lingkungan bersama- sama,” ujar Kepala Museum Lingkungan Kitakyushu Nakazono.
Walikota Kitakyushu Kenji Kitahashi menjelaskan, Untuk mengatasi limbah pabrik dan rumah tangga, setiap pabrik memiliki proses pengolahan limbah sendiri sebelum dibuang ke sungai atau laut. Demikian pula dengan limbah rumah tangga, dikumpulkan dalam satu fasilitas pengolahan limbah yang dikelola swasta, baru dibuang dalam keadaan ramah lingkungan.
"Kota-kota di Indonesia bisa melihat kegagalan kami (mengatasi masalah lingkungan) sebelumnya, sehingga bisa lebih cepat mencapai sukses," kata Walikota Kitakyushu Kenji Kitahashi, yang sudah mulai bekerja sama dengan Medan, Surabaya, dan Balikpapan untuk mengembangkan kota pintar nan hijau dan pegelolaan limba .
Ia
berkeyakinan bahwa untuk Kota Kitakyushu, umtuk mencapai kesuksesan menjadikan
Kota hijau dalam waktu 40 tahun, maka untuk Indonesia khususnya, Surabaya bisa
seperti Kota Kitakyushu dalam waktu 10 Tahun,” tandas Walikota Kitakyushu Kenji
Kitahashi. ( Ham )
\