Surabaya Newsweek – Pemandangan kawasan Gundih pagi tadi
(27/10). Sangat berbeda Warga yang biasanya disibukkan dengan berbagai kegiatan,
untuk menyambut siang hari, mendadak berubah. Sejak pagi mereka sudah berada di
depan rumah masing-masing dengan mengenakan pakaian yang seragam.
Dan
menjelang siang hari , kedatangan rombongan yang berjumlah 16 orang. Di wilayah
Gundih disambut hangat oleh warga, beberapa sibuk dengan kamera masing-masing, mengabadikan
keramahan warga. Ke 16 anggota rombongan, disambut dengan tarian yang kemudian
diiringi dengan munculnya Reog Ponorogo. Salah satu anggot, sempat mengenakan
rompi yang dibuat dari kemasan bekas. Beberapa remaja yang ikut menyambut
rombongan, segera mengabadikan moment tersebut dengan berfoto bersama anggota
rombongan.
Ke
16 orang tersebut adalah rombongan dari organisasi Friendship Force
International. Organisasi yang fokus dengan pertukaran budaya ini antar negara
ini, sengaja memilih Kampung Gundih sebagai jujukan, karena Kampung Gundih
sudah menjadi buah bibir oleh sesama anggota organsiasi. Ke 16 orang ini,
berasal dari Whidbey Island dan Spokane yang merupakan area Washington DC,
Amerika Serikat, serta Cape Town Afrika Selatan.
Hepi
Hapsari selaku Exchange Director Friendship Force Surabaya mengatakan, Kampung
Gundih sudah menjadi pembahasaan saat kongres internasional Friendship Force
International di Vancouver, Canada tahun kemarin. Para rombongan sendiri yang
meminta agar ditunjukan kondisi Kampung Gundih yang sesungguhnya.
“Mereka
sendiri yang meminta dibawa menuju Kampung Gundih. Para anggota Friendship
Force International saling berkirim foto dan informasi melalui email dan social
media milik mereka. Gundih dipilih karena tranformasinya, mulai dari kawasan
yang tidak dikenal hingga menjadi kawasan barometer kampung bersih Kota
Surabaya," ujar Hepi.
Senada
dengan Hepi, Lurah Gundih Maria Yuliani mengatakan, bahwa Kampung Gundih mampu
bangkit dari keterpurukan, kini masyarakatnya mampu berwiraswasta, para ibu
rumah tangga pun ikut menjadi penggerak roda perekonomian keluarga. Bahkan,
seluruh lapisan masyarakat bisa ikut serta saling menjaga kebersihan
lingkungan.
“Masyarakat
Kampung Gundih telah memiliki berbagai usaha sebagai penggerak roda ekonomi
masyarakatnya, mulai dari produk susu kamping etawa, olahan produk kulit,
bahkan hingga kain batik. Ini yang membuat warga Kampung Gundih bangkit dari masa
lalu. Selain itu, masyarakat turut menjaga lingkungan, ini yang membuat kampung
gundih mendapat predikat best of the best kampung green and clean tahun ini,”
imbuh perempuan kelahiran kota Surabaya ini.
Selain
berkunjung ke Kampung Gundih, anggota rombongan ini juga mencicipi susu kambing
etawa dan menikmati kuliner soto dan gado-gado. Selain itu, mereka juga mengikuti
panduan membatik yang diberikan oleh
warga Gundih. Mereka diajarkan membatik di kain, dan topeng kayu. “Setelah dari
Gundih, besok mereka akan melakukan city tour di monumen yang ada di Kota
Surabaya. Selama di Surabaya, mereka tinggal di rumah sesama anggota Friendship
Force International. ” imbuh Hepi ( Ham
)