Surabaya Newsweek –Raibnya Aries
Purwoko dari kantor KPU ketika akan melakukan proses pendaftaran Calon Wakil
Walikota Surabaya, memunculkan tudingan yang bervariasi, calon wakil Walikota
yang diusung Demokrat-PAN, aries Purwoko akhirnya muncul dan angkat bicara.
Terkait batalnya untuk mendaftar Ketua MPC Pemuda Pancasila Kota Surabaya
ini , disebapkan ada upaya pemfitnahan seiring, niatnya mendampingi bakal calon
Walikota Surabaya Dhimam Abror. Menurut Haries, ada pihak yang menuduhnya
sebagai calon boneka bagi pasangan Tri Rismaharini-Wisnu Sakti Buana.
Hal ini diungkapkan Haries melalui rilis elektronik, Selasa
(4/8/2015) sore, Haries menceritakan kronologis awal hingga, memutuskan mundur
dari Pilkada Surabaya saat pendaftaran calon.
Lima menit menjelang penutupan perpanjangan pendaftaran calon, Senin (3/8)
Haries mengaku masih mantap mendampingi Dhimam Abror, untuk mengikuti
pertarungan pilkada Kota Surabaya melawan pasangan Tri Rismaharini-Wisnu Sakti
Buana yang dicalonkan PDI Perjuangan.
Namun demikian suasana mulai berubah ketika, hendak memasuki ruang pendaftaran calon I
lantai 3 Kantor KPU Surabaya. "Saat di ruang tengah (lantai 1), kami
bertemu mas Wisnu Sakti dan mas Awi (Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP
Surabaya Adi Sutarwijono). Tidak ada masalah ketika saling sambut dan cipika cipiki,
kami selama ini bersahabat," ungkapnya.
Saat menaiki tangga lantai 2 menuju lantai 3 Kantor KPU Kota Surabaya untuk
melakukan proses pendaftaran, Haries mendengar teriakan bernada sumbang dari
beberapa orang yang tanpa basa basi menuduhnya sebagai boneka. "Nah ini
bonekanya sudah datang," kata Haries menirukan suara tudingan itu.
Mendengar itu, Haries sontak tersinggung dan menyadari apa yang pernah
disampaikan ibu dan bunda sebelum memutuskan ikut mendaftar. "Spontan saya
sadar dan ingat pesan ibu jika mendaftar sekarang pasti rawan fitnah, karena di
masyarakat sudah beredar bakal calon boneka untuk memenangkan incumbent.
Ternyata benar. Karena itu saya memutuskan untuk tidak meneruskan pendaftaran
sesuai pesan ibu. Ini prinsip bagi saya, karena masalah kehormatan,"
ungkap Haries.
Sang ibu dan bunda, kata Haries, sebenarnya sudah melarang untuk mengikuti
pencalonan pada Pilkada 2015. Sebab, situasinya rawan memunculkan tudingan
tidak baik, salah satunya fitnah sebagai calon boneka.
Ia menegaskan, seluruh proses pencalonannya menjadi bakal cawawali Kota
Surabaya bersama Dhimam Abror berjalan alamiah. "Saya menerima amanah dari
parpol dan elemen masyarakat. Karena itu saya serius mendaftar dan ingin
menjadi bagian dari proses demokrasi di Kota Surabaya. Namun, perkembangan
terakhir di kantor KPU yang menyadarkan saya untuk menghindari fitnah,"
lanjut dia.
Selain tudikan calon boneka, alasan lain 'menghilangnya' Haries untuk
menampik jika dirinya telah menerima 'mahar' politik untuk maju sebagai calon
penantang Risma dengan menerima uang miliaran rupiah.
"Mohon dipahami, keputusan ini juga menjadi bagian hak pribadi untuk
membuktikan saya bukan boneka. Apalagi, tudingan dan fitnah menjadi boneka itu
sudah mencul beberapa hari sebelum saya mendaftar, bahkan dengan menyebut angka
puluhan miliar rupiah sebagai mahar," ungkap Haries.
Pasca memutuskan 'menghilang', Haries mengaku langsung Ketua DPD Partai
Demokrat Jatim Soekarwo untuk meminta maaf atas keputusannya. Permintaan maaf
juga akan dilakukannya pada Ketua DPD Partai PAN Jatim dan seluruh elemen
masyarakat yang mendukungnya.
"Sekeluar dari Kantor KPU Kota Surabaya, saya langsung menghadap pakde
Karwo untuk meminta maaf dan menjelaskan keputusan batal mendaftar. Hal yang
sama akan saya lakukan pada Ketua DPD Partai PAN Jatim dan seluruh tim
pendukung. Tidak ada yang perlu dipersalahkan dan saya yakin masyarakat akan
memahami keputusan saya," pungkas dia.( Ham )