Surabaya Newsweek-
Ketua DPC PDI-P Kota Surabaya,
Whisnu Sakti Buana (WS) menuding Koalisi Majapahit berada dibalik
gagalnya, demokrasi politik Pilkada di Surabaya . WS mengaku, dari awal sudah
tahu jika koalisi yang terdiri dari sejumlah partai politik tersebut, tidak
akan memunculkan calon dalam Pilkada Surabaya.
“Masyarakat harus melihat ini
sebagai langkah politik yang sangat merugikan masyarakat Surabaya," ujar
Whisnu Sakti Buana, Selasa (4/8/2015).
Mestinya, sebagai gabungan
partai politik yang memiliki kekuatan besar, Whisnu menyebut sikap
Koalisi Majapahit tidak gentle karena, tidak memunculkan
calon. "Mereka mewakili masyarakat Surabaya dan berhak memilih
pemimpin daerahnya, " katanya.
Calon Wakil Walikota yang diusung
PDI-P ini menegaskan, dagelan politik yang terjadi di Surabaya harus mendapat
perhatian dari semua kalangan. Sebab tidak menutup kemungkinan kejadian serupa,
akan terjadi dalam pemilihan gubernur maupun presiden.
“Memang sekarang baru 7 daerah yang
memiliki calon tunggal. Tapi jumlah itu masih bertambah karena, proses
verifikasi di KPU. Misalnya seperti yang terjadi di Mataram,” jelas WS.
Tudingan yang dilontarkan oleh Calon
Wakil Walikota Surabaya di bantah oleh, Ketua Pokja Sekretariat Bersama Koalisi
Majapahit, AH Thony, menurutnya, , gagalnya penyelenggaraan Pilkada Surabaya,
karena kesalahan dari PDI-P sendiri.
Politisi dari Partai Gerindra ini
menuding, partai yang dipimpin Megawati ini melakukan langkah politik di
tingkat elit dan mencoba memecah belah Koalisi Majapahit yang ada di
Surabaya. Sebagai buktinya adalah, keluarnya rekomendasi dari DPP Partrai
Demokrat (PD dan Partai Amanat Nasional (PAN)
"Keputusan PAN dan Demokrat
merekom calon lawan bukan kewenangan pengurus di tingkat kota. Artinya,
ada kekuatan politik yang lebih besar yang mengendalikan. Jadi bukan
kesalahan Koalisi Majapahit, " katanya.
Sementara terkait tidak adanya
pasangan calon yang dimunculkan Koalisi Majapahit, dirinya berdalih belum
menemukan figur yang mampu bersaing dengan pasangan petahana Whisnu Sakti
Buana-Tri Rismaharini. Meskipun, pihaknya telah melakukan semua tahapan.
“Kita tidak mungkin memaksakan
karena belum memiliki calon yang pas. Buat apa kita memunculkan pasangan calon
jika, nantinya hanya dituding sebagai pasangan boneka,” pungkas AH Thony. ( Ham )