Surabaya Newsweek - Semalam, Jum’at
(7/8) berdiri jajaran hiasan janur kuning dan rangkaian bunga melati tampak
menghiasi pelataran Komplek Gedung Balai Pemuda, Kota Surabaya. Tampak juga
puluhan anak-anak dan remaja mengenakan pakaian khas daerah berdiri di samping
pintu menunggu giliran masuk menuju Gedung Balai Budaya.
Puluhan anak-anak dan remaja
tersebut, tengah bersiap dalam gelaran Cross Culture Festival (CCF) 2015. Acara
tahunan ke-11 ini merupakan hasil kerjasama Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya
bersama Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) kota Surabaya. Gelaran budaya
yang bertujuan untuk mengenalkan masyarakat tentang ragam seni tari dan musik
dari berbagai daerah di Nusantara hingga Dunia.
Dengan mengusung tema “Rasakan
Keindahan Ragam Seni dan Budaya sebagai
Warisan Budaya Dunia,” acara dibuka dengan Tari Remo oleh 10 penari Remo
cilik yang diiring musik live, sebagai simbol selamat datang kepada seluruh
tamu undangan dan pengunjung yang datang
memenuhi Gedung Balai Budaya. Tampak juga Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
datang bersama Wakil Wali Kota Xiamen Mrs Guo Guirong, dan beberapa Konsulat jenderal dari negara
sahabat, didampingi jajaran Muspida dan Forpimda Provinsi Jawa timur dan Kota
Surabaya.
Kemudian acara dilanjut sambutan oleh
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang dalam sambutannya menjelaskan bahwa
dari tahun ke tahun Cross Culture Festival semakin diminati peserta baik
berasal dari kota lain atau negara sahabat. Ia juga mengatakan bahwa dengan
adanya acara seperti ini, Kota Surabaya akan semakin dikenal dunia sebagai kota
yang mampu dengan baik bergandengan tangan dengan kota di seluruh Indonesia,
bahkan di seluruh dunia. Wali Kota juga berpesan kepada seluruh warga Kota
Surabaya yang hadir, agar selalu jadi tuan rumah yang baik dalam setiap acara.
“Artinya, dengan acara seperti ini,
persahabatan antara manusia dan kota bisa terjalin dengan baik. Oleh karena
itu, kita sebagai warga Surabaya semoga bisa jadi tuan rumah yang baik. Karena
semakin banyak tamu dari berbagai kota dan negara di Indonesia dan dunia, kita
bisa semakin mengenalkan kebudayaan kita kepada teman dari kota dan negara
sahabat,” ujar Risma (sapaan akrab Tri Rismaharini).
Secara simbolis, Wali Kota Surabaya didampingi Wakil Wali Kota Xiamen, Konsulat jendral Jepang, ketua asosiasi masyarakat India, dan Formpimda Provinsi Jawa Timur, dan Kota Surabaya, menabuh genderang sebagai tanda dibukanya pagelaran seni lintas budaya, Cross Culture Festival 2015.
Setelah itu, acara disambut tari
Jaranan hasil kolaborasi 32 penari dari Kota Surabaya dengan dan diakhiri
aktraksi sepasang Reog dengan empat ganong yang membuat decak kagum para tamu
yang memenuhi Gedung Balai Budaya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan
penampilan enam musisi asal Korea memainkan Daechwita. Daechwita merupakan
musik tradisional asal Korea, dan dimainkan untuk mengiringi parade militer.
Setelah itu, penampil selanjutnya berasal dari Makassar dengan Tari Baine,
serta lima penari Zapin dari Tebing
Tinggi, mencuri perhatian para tamu undangan yang hadir saat itu.
Tak hanya tari-tarian yang disajikan
dalam Cross Culture Festival 2015 kali ini, Atraksi seni asal Guanzhou, China
turut mengisi acara CCF 2015. Dibuka dengan atraksi tongkat dan dilanjut
permainan guci,membuat tak hanya Wali Kota Surabaya, namun tamu yang duduk di
bangku depan dibuatnya terkesima, para penonton terdengar berteriak kecil
melihat atraksi melempar guci berukuran
besar dan menangkapnya hanya dengan bagian belakang leher dan kepala pemain.
Tidak berhenti di sana, Tari Tarana asal India berhasil menurunkan tensi para
penonton setelah melihat atraksi guci pria asal Guanzhou ini.
Di ujung acara, Tari Putro Suro asal
Kota Blitar, dan Tari Minten asal Ponorogo dibawakan secara apik oleh enam
wanita belutan pakaian berwarna hijau dan
membawa kula (wadah tradisional untuk menyimpan berbagai jenis barang kebutuhan
sehari-hari ) menjadi penampil terakhir pada acara CCF 2015. Rangkaian acara
kemudian ditutup dengan penampilan seluruh penari yang telah tampil diiringi
oleh iringan musik campuran tradisonal dan modern yang turut meramaikan acara.
Di akhir acara, Wali Kota Tri Rismaharini menilai, acara
seperti ini patut digelar setiap tahun dan harus diikuti semakin banyak kota
dan negara di dunia. Menurut wanita yang pernah dianugerahi Wali Kota terbaik
ketiga di dunia oleh World Mayor Project mengungkapkan, acara seperti ini mampu
mendorong para seniman untuk menciptakan produk kesenian yang lebih baik. ( Ham
)