Surabaya
Newsweek - Polemik seputar terbitnya PKPU no
12 tahun 2015 oleh, PDI Perjuangan Surabaya karena, memuat soal penundaan
Pilkada di Surabaya, mendapat tanggapan dari Lembaga Survei Penelitian Sonar
Media Consultant (SMC). Bahwa untuk lepas dari lindasan PKPU yang baru, SMC
memberikan dua solusi yakni, memunculkan calon Boneka, atau PDIP, memunculkan
nama baru yang berpasangan dengan Whisnu, karena Risma adalah sosok yang paling
ditakuti.
Tentu saja terbitnya PKPU no 12
tahun 2015, yang kemungkinan besar akan berimbas ditundanya Pilkada Surabaya 2015
ke tahun tahun 2017 , kemungkinan akan menghapus impian segala angan-angan PDI
Perjuangan Surabaya. Wajar saja jika aturan baru dari KPU ini, mendapat
tanggapan yang tegas bahkan, keras dari seluruh kader banteng perjuangan di
wilayah kota Surabaya.
Wacana “menggugat” spontan
disampaikan oleh ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya Whisnu Sakti Buana, karena
KPU dianggap melampaui kewenangannya sebagai penyelenggara, bahkan Adi
Sutarwijono ketua Bapplu DPC PDI Perjuangan Surabaya menuding jika KPU berniat
merampas hak pilih masyarakat Kota Surabaya.
Menurut Lasiono.Sip Direktur
Eksekutif Lembaga Survei Penelitian Sonar Media Consultant (SMC), hanya ada
satu pilihan bagi PDIP Surabaya agar tidak terlindas oleh aturan PKPU yang baru
yakni mendorong partai koalisi untuk segera memunculkan pasangan calon
Bacakada, sekaligus mendaftarkan ke KPU sesuai jadwal.
“Saya masih meyakini bahwa koalisi
majapahit akan memilih diam tidak bergerak, yang artinya tidak akan memunculkan
pasangan calon bacakada, karena itu juga salah satu strategi politiknya, kini
justru kelompok inilah yang diatas angin, menunggu reaksi PDIP seperti apa,”
ucapnya.
Lasiono juga mengatakan, jika tidak
ingin terlindas PKPU no 12 tahun 2015, maka PDIP harus bisa mendorong dengan
segala daya dan upayannya, agar kelompok koalisi Majapahit ini bisa segera
memunculkan satu pasangan lagi, karena hanya itu jalan satu-satunya, meskipun
akhirnya dicurigai sebagai pasangan Boneka, tetapi kan tidak ada larangan untuk
itu.
“Siapa yang bisa membuktikan jika
pasangan yang muncul dari kubu koalisi Majapahit adalah pasangan Bacakada
boneka, tentu sangat sulit, sebaliknya juga begitu, siapa yang bisa meyakinkan
bahwa pasangan yang diusung koalisi Majapahit bukan boneka, kan tidak ada
larangan soal itu,” tandasnya.
Sebagai mantan jurnalis, Lasiono
juga menyarankan agar, PDIP Surabaya jangan berbesar hati dengan pasangan calon Bacakadanya, yang
mempunyai popularitas dan elektabilitas yang tinggi di mata masyarakat
Surabaya, karena jika tantangannya tidak disambut oleh kubu lawan, maka Pilkada
akan batal.
Tidak hanya itu, Lasiono juga
berpendapat bahwa PDI Perjuangan masih punya waktu untuk merombak strategi
politiknya, jika tetap berkeinginan Pilkada Surabaya 2015 bisa berlangsung
tanpa terjadi penundaan.
“Kalau pasangan Risma- Whisnu
dianggap sebagai pasangan yang terlalu kuat dan berakibat tertundanya Pilkada
Surabaya, maka bisa saja PDIP merombak pasangan calon Bacakadanya, agar pihak
kubu lawan segera memunculkan lawannya, masih ada waktu kok,” sergahnya.
Masih Lasiono, setahu saya, Risma
adalah sosok yang elektabilitasnya paling ditakuti kubu lawan, jadi cukup
mengganti posisinya Risma dengan nama lain untuk di pasangkan dengan Whisnu
Sakti Buana. ( Ham )