Surabaya
Newsweek- Menteri Kesehatan (menkes) RI Nila
F. Moeloek memberikan penghargaan kepada para stakeholder yang telah
bekerja keras dalam proses identifikasi korban kecelakaan pesawat Air Asia
QZ8501. Penghargaan tersebut diberikan kepada Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anas
Yusuf, Kadinkes Jawa Timur Harsono (mewakili Gubernur Jatim), Walikota Surabaya
Tri Rismaharini dan Ketua Tim Disaster Victim Identifikation (DVI).
“Musibah
Air Asia QZ8501 yang hilang kontak pada 28 Desember lalu sungguh sangat
memprihatinkan. Kondisi medan yang sulit membutuhkan tenaga yang luar biasa
dari para personel demi menyelesaikan misi evakuasi. Selain itu, kesedihan dan
kecemasan keluarga korban, serta besarnya perhatian masyarakat internasional
menjadi tantangan tersendiri bagi para petugas di lapangan,” kata Moeloek di
aula Polda Jatim, Rabu (17/6).
Menkes
menegaskan, upaya penanggulangan krisis pada kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501mendapat
apresiasi dari berbagai pihak, baik nasional maupun internasional. Di tengah
derasnya perhatian itu, Moeloek menggarisbawahi pentingnya peran koordinasi
antar instansi. Sebab, tanpa koordinasi yang solid proses evakuasi dan
identifikasi tidak akan berjalan maksimal.
“Sekali
lagi saya sampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah bekerja keras dalam rangka penanggulangan krisis pasca insiden Air Asia
QZ8501,” katanya.
Dalam
kesempatan tersebut, Ketua Tim DVI Kombes Pol Budiyono memaparkan pengalamannya
selama berlangsungnya proses identifikasi korban. Sejak dinyatakan hilang
kontak, tim segera melakukan assessment awal. Setelah itu, dalam
melaksanakan tugasnya, tim berpedoman pada instrumen interpol DVI airlines.
“Hal ini agar hasil identifikasi dapat dipertanggungjawabkan secara
internasional. Sebab, beberapa penumpang pesawat merupakan orang asing,”
paparnya.
Lebih
lanjut, dia mengatakan, personel yang terlibat saat itu ada lebih dari 160
orang. Mereka merupakan gabungan dari TNI, Polri, serta tenaga ahli dari luar
negeri yang berinisiatif membantu proses identifikasi. Banyaknya sumber daya
manusia (SDM) yang terlibat juga menuntut pengaturan soliditas tim. “Syukurlah,
soliditas tim tetap terjaga hingga akhir masa identifikasi,” imbuhnya.
Berdasar
data maskapai, Air Asia QZ8501 mengangkut 155 penumpang plus 7 awak pesawat.
Dari jumlah tersebut, tim DVI berhasil mengidentifikasi 115 korban dari total
116 jasad yang ditemukan.
Menurut
Budiyono, kerja keras tim di lapangan sudah maksimal. Dia juga berterima kasih
kepada Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya yang telah banyak membantu kelancaran
di lapangan. “Kami mengucapkan terima kasih sudah dibantu pemkot berupa pakaian
pelindung sekali pakai. Itu sangat penting bagi perlindungan dan kenyamanan
personel kami saat melaksanakan tugas,” ujar Budiyono yang juga menjabat Kabid
Dokkes Polda Jatim ini.
Proses
penanganan yang cepat dan responsif tersebut mendapat pujian dari masyarakat
internasional. Ujungnya, tim DVI Polda Jatim diberi kehormatan memaparkan
pengalamannya pada forum interpol di Perancis beberapa waktu lalu.
Kapolda
Jatim Irjen Pol Anas Yusuf menyatakan, tim DVI dari Indonesia memang kerap
menangani kejadian musibah yang memakan banyak korban. Bahkan, tak jarang DVI
Indonesia dilibatkan membantu penanganan pasca musibah di negara lain. “Ini
terjadi karena di Indonesia memang sering terjadi bencana. Dengan kata lain,
Indonesia ini “mal”nya musibah,” terangnya.
Kendati
demikian, di sisi lain pengalaman personel menjadi lebih terlatih menghadapi
situasi-situasi sulit. Dan Anas bersyukur jika pada akhirnya pengalaman serta
keahlian yang dimiliki personelnya dapat berguna bagi tanah air dan negara
lain.
Sementara
Walikota Tri Rismaharini mengatakan, saat kejadian hilang kontak, pemkot
langsung membantu berupa dukungan kejelasan administrasi kependudukan para
korban. Hal ini cukup membantu kinerja tim DVI untuk mencocokkan DNA dengan
keluarga korban. Bahkan, pemkot membuka posko khusus untuk memonitor hubungan
keluarga melalui database yang dimiliki dinas kependudukan dan catatan sipil.
Terkait
asuransi dan hak ahli waris korban, Risma -sapaan Tri Rismaharini- mengaku
hingga kini masih terus melakukan pemantauan. Meski bukan wewenang pemkot,
namun mantan kepala Bappeko Surabaya itu menempuh sejumlah upaya demi
memudahkan keluarga korban. Salah satunya dengan menjalin komunikasi dengan
otoritas jasa keuangan (OJK).
“Ya
kita tunggu saja karena memang prosesnya tidak sederhana. Tragedi Adam Air saja
dulu butuh waktu dua tahun sampai proses ahli waris dan asuransinya beres. Yang
pasti kami sudah bersurat kepada OJK dan pengadilan terkait hal ini,” ujar
Risma kepada wartawan ( Ham ).