Surabaya
Newsweek - Booming
nya batu mulia di tanah air, akhirnya menjadi sorotan Pemerintah Kota (Pemkot)
Surabaya sebagai salah satu cara efektif untuk memberdayakan perekonomian warga
di Kota Pahlawan. Upaya pemberdayaan ekonomi warga melalui batu mulia itu
diwujudkan Pemkot
Surabaya dengan menggelar jambore batu akik.
Acara berskala nasional yang merupakan hasil sinergi
Pemkot Surabaya dengan komunitas pecinta batu mulia ini akan digelar di Sentra
Ikan Bulak (SIB) mulai Kamis (11/6) hingga Senin (15/6) mendatang. Puluhan pecinta batu mulia dari berbagai
daerah di seluruh Indonesia, sudah menyatakan kesediaannya untuk ikut
memeriahkan jambore batu akik tersebut.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya, Hendro
Gunawan mengatakan, kegiatan jambore batu akik ini merupakan salah satu upaya
Pemkot Surabaya untuk memberdayakan ekonomi warga, terutama warga yang ada di
sekitar SIB. Termasuk juga untuk mengapresiasi para penghobi batu mulia. “Kami
bekerja sama dengan beberapa mitra. Harapannya dengan kegiatan ini, kita bisa
berdayakan ekonomi masyarakat sehingga semua terlibat dalam kegiatan
kewirausahaan,” tegas Sekda.
Terkait pemilihan SIB sebagai lokasi jambore, Sekda
menyebut untuk lebih mengoptimalkan fungsi bangunan yang diresmikan sejak 2012
dan menjadi salah satu ikon Surabaya ini. Bila nanti responya bagus, Sekda
menyebut jambore ini bisa digelar rutin. “Kita ingin berdayakan gedung yang
sudah dibangun selain untuk warga berjualan hasil olahan ikan, juga
disinergikan dengankegiatan ekonomi yang salah satunya dengan pemberdayaan ekonomi. Kita libatkan semua
stake holder termasuk sinergi dengan pedagang di sekitar SIB,” jelas mantan
Kepala Bappeko Surabaya ini.
Kegiatan ini juga merupakan awalan dari rencana
Pemkot Surabaya untuk menjadikan kawasan Dolly sebagai sentra batu mulia. Pekan
lalu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menegaskan akan menjadikan kawasan
Dolly sebagai sentra batu mulia. Pemkot Surabaya telah mengirimkan beberapa
warga di sana untuk belajar batu mulia ke Pacitan dan Kalimantan. “Tidak hanya
memberikan tempat jualan, kita juga memberi apresiasi. Karena ini kan selain
budaya seni juga hobi masyarakat yang ternyata bisa diberdayakan,” sambung
Sekda.
Agung dari komunitas pecinta batu mulia,
mengapresiasi gagasan Pemkot Surabaya untuk menggelar jambore batu mulia ini.
Menurutnya, Pemkot Surabaya memiliki kepedulian dalam menggarap potensi batu
mulia untuk pemberdayaan masyarakat. “Ini inisiatif dari Pemkot Surabaya. Baru
Pemkot Surabaya yang bisa menggelar kegiatan seperti ini,” ujarnya.
Menurutnya, dengan menggelar jambore batu mulia,
sekaligus merupakan upaya untuk mendekatkan batu mulia dengan pariwisata. Ini
karena efek dari booming batu mulia ini, juga berkaitan erat dengan sektor
pariwisata. Dia mencontohkan, ketika ada pameran batu mulia di Cito pada Mei
lalu, jumlah kunjungan di hotel-hotel Surabaya bertambah.
“Respon para pecinta batu mulia sangat bagus,
tentunya itu kabar bagus juga bagi pariwisata. Ini malah muncul ide dari
teman-teman agar nama SIB menjadi Sentra Ikan dan Batu Mulia,” sambung dia.
Sementara Eko Gajah, pecinta batu mulia dari Mardika
Indonesia yang juga ikut bersinergi dengan Pemkot dalam gelaran jambore ini
mengatakan, hingga Jumat (5/6) ini, sudah ada 90-an peserta yang siap ikut
serta. Mereka diantaranya berasal dari Aceh, Bengkulu, Papua, Sulawesi,
Kalimantan. Untuk peserta dari Jawa tersebar dari kota penghasil batu seperti
Pacitan, Kebumen, dan Ponorogo.
“Para pecinta batu mulia dari kota-kota penghasil
batu siap turun. Mereka bahkan rela membatalkan keikutsertaan di pameran di
Anyer karena tertarik untuk mengikuti event kita,” sambung Agung.
Eko menambahkan, ajang jambore batu mulia ini juga
menjadi kesempatan untuk membuktikan bahwa Surabaya memiliki batu mulia yang
kualitasnya tidak kalah dengan batu mulia dari daerah lain. Salah satunya batu
panca warna yang ditemukan di kawasan Pantai Kenjeran.
“Surabaya sejak lama dikenal batu gambar nya. Itu
disegani pecinta batu mulia dan jadi ion Surabaya. Tentunya ini juga bisa
berpotensi menjadi oleh-oleh bagi peserta jambore sekaligus peluang ekonomi
bagi pelatihan pemuda,” sambung Eko Gajah. (Ham )