Surabaya
Newsweek - Kebakaran yang terjadi di sebuah toko beberapa waktu lalu, menjadi perhatian
serius bagi Pemerintah Kota
(Pemkot) Surabaya. Hasil evaluasi kebakaran tersebut, masih terjadi kurang koordinasi dan komunikasi antar institusi terkait
penanggulangan kebakaran.
Proses
pemadaman kebakaran toko tersebut
terkendala adanya saluran listrik yang masih mengalir dan mengakibatkan petugas
pemadam kebakaran mengalami kesulitan dalam memadamkan api.
Untuk
meningkatkan komunikasi antar instansi
sehingga
bisa langsung melakukan tugasnya ketika terjadi bencana, Wali Kota Surabaya mengumpulkan
dinas-dinas
yang terkait dalam penanggulangan bencana di ruang sidang wali kota, Rabu (24/6). Dalam rapat tersebut, juga hadir perwakilan dari Polrestabes Surabaya, Polres KP3 Tanjung Perak, Korem Surabaya,
PLN, Telkom.
Wali kota Surabaya, Tri
Rismaharini mengatakan, Pemkot
Surabaya selama ini telah
memiliki Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana (Satlak PB). SKPD yang masuk Satlak PB adalah Badan Kesatuan
Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang Linmas), Dinas PU Bina Marga dan Pematusan
dan Dinas Pemadam Kebakaran.
Sementara unsur dari luar Pemkot yang sebelumnya tergabung adalah Polrestabes
Surabaya, Polres Pelabuhan Tanjung Perak dan Korem Bhaskara Jaya. Nah, dengan posko bencana yang dibentuk ini, unsur
lainnya juga akan masuk seperti PLN dan Telkom.
“Kita buat posko bencana. Semua informasi bencana,
sekecil apapun seperti kebakaran, masuk di situ. Tidak hanya SKPD Pemkot, unsur
seperti PLN dan Telkom juga masuk posko bencana tersebut. Sebab, bila ada
bencana, kita perlu contact person petugasnya untuk bantuan penanganan,” tegas
Wali Kota Tri Rismaharini ketika rapat posko penanggulangan bencana bersama
beberapa stake holder Kota Surabaya di ruang sidang wali kota, Rabu (24/6).
Diharapkan, melalui posko ini seluruh informasi dan
penangganan bencana dapat langsung ditangani oleh posko khusus bencana tanpa
menggangu tugas fungsional dari beberapa dinas terkait. Di setiap posko khusus bencana juga
disediakan berbagai alat pendukung penanggulangan bencana baik bencana basah
seperti banjir, bencana kering seperti kebakaran dan gempa bumi. Selain
berbagai alat yang sudah disiapkan, posko tersebut telah disiapkan personil
terlatih yang bertugas 24jam.
Untuk mendukung fungsi dari posko khusus bencana
tersebut, Pemkot tengah
menyiapkan sebuah software
yang terintegrasi dengan seluruh posko dan instansi yang terkait sehingga
memudahkan penyampaian informasi dan pemantauan berbagai bencana yang mungkin
terjadi. Software tersebut nantinya
dapat digunakan pula oleh masyarakat kota Surabaya dalam memantau dan
menginformasikan bencana alam maupun kecelakaan yang terjadi di kota Surabaya.
Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja personil
Satlak PB, dalam rapat koordinasi ini juga disampaikan rencana pelatihan
bersama antar satuan maupun personil Satlak
PB. Diharapkan melalui pelatihan bersama tersebut, seluruh petugas yang
diterjunkan di lokasi
dapat menguasai medan dan berkerja dengan maksimal, bukan hanya sebagai penonton. “Jadi, rapat ini bukan untuk mencari
siapa yang salah. Tetapi agar penanganan bencana bisa lebih baik sehingga tidak
ada korban. Kita berdoa bersama mudah-mudahan tidak ada lagi bencana,” ujar
wali kota.
Kepala Dinas Kebakaran Kota Surabaya, Chandra
Oratmangun menambahkan, rapat koordinasi antar unsure seperti ini memang sangat
diperlukan. “Rapat koordinasi ini penting sehingga begitu ada kejadian,
koordinasi di bawah ndak saling tuding tapi bisa kerja bareng. Apalagi sekarang
fenomena kemarau kering sehingga potensi kebakaran rawan. Karenanya perlu ada
rapat seperti ini untuk mengantisipasi kejadian kebakaran dan meminimalkan
korban,” ujarnya.
Chandra mengatakan, selama ini, Dinas Kebakaran
sudah melakukan latihan rutin. Dalam pekan ini, Dinas Kebakaran akan menggelar
latihan bersama beberapa unsur seperti Bakesbang Linmas, Dinas Kesehatan dan
juga Palang Merah Indonesia (PMI). “Kita latihan memang rutin, tapi latihan
bersama belum. Teman-teman Basarnas akan melatih kami. Harapannya komunikasi
lebih lancar sehingga bila terjadi kebakaran, sudah jelas siapa kerjakan apa,
tim mana lakukan penyelamatan dan tim mana lakukan pemadaman,” sambung dia.
Kapolrestabes Surabaya, Kombespol Yan Fitri
Halimansyah menilai, keberadaan posko bencana tersebut merupakan sebuah
keharusan. Sebab, dengan memiliki posko bencana, diharapkan penanganan akan
bisa lebih cepat sehingga akan bisa mengantisipasi munculnya korban jiwa.
“Surabaya memang wajib punya. Orientasinya harus lebih difokuskan pada
penyelamatan korban,” ujarnya.
Kapolrestabes juga merespon positif pernyataan Wali
Kota Surabaya untuk menggelar latihan bersama gabungan antar instansi dalam
penanggulangan bencana. Pihaknya siap dan ingin segera mewujudkan latihan
bersama tersebut. “Dengan adanya latihan bersama, bila menghadapi situasi
nyata, personelnya sudah mampu untuk menyelamatkan korban dan meminimalkan
korban jiwa,” sambung dia. (Ham )