Surabaya Newsweek- Kenaikan harga barang kebutuhan pokok
kerapkali terjadi jelang bulan puasa Ramadan. Itu seperti sebuah siklus yang
berulang setiap tahunnya. Karenanya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya
melakukan upaya antisipasi untuk.
Wali Kota
Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan, untuk menyambut bulan Ramadan dan Lebaran
tahun ini, dirinya telah menginstruksikan Rumah Potong Hewan (RPH) Pegirian
Surabaya untuk bekerja sama dengan peternak sapi di daerah. Harapannya, kerja
sama tersebut nantinya bisa memenuhi kebutuhan warga Surabaya pada daging sapi.
“RPH sudah saya
minta untuk kerja sama dengan peternak daerah lain untuk investasi sapi. Itu
sudah kita lakukan mulai Februari lalu. Kita berharap manfaat nya bisa
menyuplai kebutuhan daging pada bulan puasa dan Lebaran nanti,” tegas Wali kota
sesuai acara Rakorwil Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa
Timur 2015 di Hotel Pullman, Surabaya, Kamis (21/5/2015).
Sebelumnya, wali
kota yang tampil sebagai pembicara diskusi dengan mengusung tema “Strategi
Pemda Mengamankan Pasokan Pangan Strategis dan Mengelola Tata Niaga yang
Efisien”, berbicara banyak hal tentang upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya
untuk menjaga harga-harga komoditi utama di pasaran tetap stabil ketika bulan
Ramadan. Diantaranya dengan menggelar operasi pasar dan juga pasar murah di
mana Pemkot Surabaya melakukan survei di daerah atau kelurahan mana yang
membutuhkan pasar sembako murah.
“Begitu harga
naik, kita langsung bikin pasar murah di kelurahan-kelurahan. Barang yang
dijual ada kebutuhan pokok seperti beras, telor, dan minyak goring. Kami sudah
biasa melakukan ini sehingga harga kebutuhan utama relatif terkontrol,” sambung
wali kota.
Selain itu,
Pemkot Surabaya juga mendorong warganya untuk memanfaatkan lahan pekarangan
guna menanam sayuran melalui cara urban farming. Sehingga, warga tidak perlu
berbelanja sayur-sayuran karena tinggal memanen di halaman rumahnya.
“Kita gerakkan
warga menanam sayur. Itu bukan hanya untuk konsumsi tetapi juga bisa
mengendalikan kebutuhan sayur. Jangan dipikir Surabaya nggak ada pertaniannya.
Kita produsen cabe, juga ada semangka Bangkingan. Warga juga budidaya perikanan
dan memproduksi garam,” jelas wali kota
yang masuk 50 besar tokoh berpengaruh dunia versi Majalah Fortune ini.
Upaya Pemkot Surabaya
untuk mengendalikan kenaikan harga bahan-bahan pokok penting dilakukan.
Pasalnya, naiknya harga bahan kebutuhan pokok, bisa menyebabkan inflasi yang
tinggi. Terkait inflasi, wali kota dalam paparannya menjelaskan bahwa inflasi
di Surabaya cukup tinggi dibandingkan kota-kota lain dikarenakan adanya
“hal-hal di luar Pemkot” seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) atau
lonjakan harga tiket pesawat di Bandara Juanda.
“Kalau untuk
pangan, Surabaya ndak ada masalah. Kalau misalnya untuk cabe inflasi, ya itu
kebangetan. Selama ini, Surabaya nggak ada TPID karena masing-masing SKPD
seperti Disperdagin dan Bagian Perekonomian, sudah jalan sesuai dengan
Tupoksinya,” sambungnya.
Selain
Wali Kota Risma, tokoh lain yang tampil sebagai pembicara yakni Bupati
Bojonegoro, Suyoto yang memaparkan tentang “peran Pemda mempercepat pembangunan
infrastruktur guna meningkatkan produksi pangan strategis da kelancaran
distribusi”. Juga Prof.Ahmad Erani Yustika, Guru Besar Ilmu Ekonomi Kelembagaan
di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memaparkan tema “percepatan
pembangunan infrastruktur dan pembenahan tata niaga, mendorong peningkatan
produksi dan kelancaran distribusi”
ujarnya. ( Ham )