Surabaya
Newsweek - Salah satu Bakal Calon Walikota Surabaya yang
paling berani mengkritik program Pemkot Surabaya adalah, Alim Basa Tualeka
menurutnya proyek trem, yang digagas oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.
Pria asal Maluku ini yang hendak maju
menjadi wali kota dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya Desember
mendatang itu menilai, proyek trem tidak akan mampu mengurai kemacetan di kota
Pahlawan ini.
Ketika, mengembalikan formulir pendaftaran bakal
calon wali kota Surabaya di kantor DPC Partai Gerindra Surabaya Alim mengatakan,
proyek trem hanya membuang anggaran. Menurut dia, Pemerintah Kota (Pemkot)
Surabaya tidak bisa memaksa warganya untuk naik trem ketika, hendak ketempat
kerja. Warga harus bebas memilih menggunakan moda transportasi apa saja yang
mereka inginkan.
“Surabaya itu bukan Singapura. Wali kota tidak bisa
memaksa warganya untuk naik trem. Penambahan jumlah kendaraan bermotor juga
tidak mungkin dibatasi. Saya yakin ketika trem itu jadi dibangun, pasti akan
sia-sia. Warga nggak akan mau naik trem. Mereka lebih suka naik kendaraan
pribadi,” tandasnya.
Alim yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT
Bintang Ilmu itu memaparkan, untuk mengurai kemacetan, Pemkot harus membangun
jalur lingkar luar, baik timur maupun barat Surabaya. Jalan lingkar ini
dibangun diatas atas mirip jembatan layang.
Kemudian dititik-titik tertentu, terdapat jalan yang manghubungkan jalan lingkar tersebut, menuju ke pusat kota. Hampir disemua kota-kota yang ada dinegara maju menggunakan konsep seperti ini.
“Jadi semua kendaraan tidak harus menumpuk dipusat
kota. Ketika, hendak ke Surabaya selatan dari arah utara, tidak harus ke pusat
kota dulu. Tapi lewat jalur lingkar luar. Ini lebih efektif atas kemacetan,”
paparnya.
Alim juga mengungkapkan, dengan adanya jalur lingkar
luar ini, maka perkampungan-perkampungan yang ada di Surabaya, bisa lebih
terlindungi. Ini karena arus masuk kendaraan ke dalam kota mulai berkurang
karena, sebagian besar melewati lingkar luar.
Kemudian, perkampungan, khususnya yang memiliki
nilai sejarah, harus mampu dijaga kesejarahannya. Banyak perkampungan
bersejarah di Surabaya yang tidak digarap dengan baik. Misalnya kampung
Peneleh.
“Kalau mau membangun kampung wisata, seharusnya
kampung wisata yang bangunannya itu jaman-jaman dulu. Pemkot sekarang
menetapkan Jambangan sebagai kampung wisata padahal, bangunannya tidak ada yang
jaman dulu. Ini aneh, jadi menurut saya Risma tidak pantas jadi Walikota,
karena, secara tidak langsung , kampung wisata yang dibangun tidak menyentuh historis sejarah bahkan, terkesan telah melupakan sejarah ” terangnya.
AH Thony, Ketua Tim Penjaringan Bakal Calon DPC
Partai Gerindra Kota Surabaya mengatakan, saat ini sudah ada sekitar delapan
orang yang mengambil formulir pendaftaran bacawali di DPC Partai Gerindra.
Namun, sebanyak tujuh orang yang masih mengembalikan.
Diantaranya, Bambang Koessoediarto, Sukoto, Antonius
Bachtiar, Sutjipto Joe Angga, Benjamin Kristianto, Dhimam Abror Djuraid dan
Alim Basa Tualeka.
“Untuk pengembalian formulir Terakhir sekitar 23 Mei
mendatang, tapi itu masih tentatif karena, menunggu kepastian tahapan Pilkada
dari KPU (komisi pemilihan umum). Sehingga kami bisa menyesuaikan,” ujarnya. (
Ham )