Surabaya
Newsweek - Menyambut
hari jadi kota surabaya (HJKS) yang ke-722 yang sudah di depan mata, Pemerintah
Kota (Pemkot) Surabaya bersama Tim Penggerak PKK kota Surabaya mengadakan
pelatihan pembuatan kain jumput di Sibec Ballroom, Gembong, Surabaya.
Acara
yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Surabaya yang
ke-722, sekaligus sebagai upaya memasyarakatkan kain jumputan kepada lingkungan
sekitar. Acara yang dihadiri Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, Ketua Dharma
Wanita Persatuan Kota Surabaya Ibu Hendro Gunawan, Ketua Perangkai Bunga, dan
Ketua Asosiasi Batik Jawa Timur ini, diikuti oleh 1000 peserta yang berasal dari
31 kecamatan di Kota Surabaya.
Dalam
Sambutannya, Walikota mengatakan bahwa setiap lawatannya ke daerah lain kain
jumputan tak hanya dipergunakan untuk pakaian, kain jumputan bisa dipergunakan
juga untuk sarung bantal, scraft, dan sperei. Walikota menambahkan bahwa kain
jumputan dapat dijadikan ladang usaha yang menjajikan.
“saya
tidak ingin, surabaya menuju usia yang ke-722 tahun, dan warganya malah jadi
penonton. Warga kota surabaya harus jadi tuan rumah di Kota Sendiri. Kedepan,
kita harus menyiapkan anak-anak kita agar mampu bersaing tidak hanya dengan
warga Kota Surabaya, namun dengan masyarakat dunia, dengan cara memberikan
pendidikan melalui kerja keras orang tuanya”.
Walikota
pertama dalam sejarah pemerintahan Kota Surabaya ini mengatakan, banyak pelaku
kerajinan besar yang lahir melalui pelatihan seperti ini, “yang awalnya hanya
ibu rumah tangga biasa kini menjadi pengusaha yang sukses berjualan di kota-kota besar di Indonesia,”
tegas Walikota.
Setelah
memberikan sambutan, Walikota sempat turun panggung dan bersama para peserta
belajar membuat kain jumputan. Acara tak
hanya dihadiri pengerajin kain jumputan pemula, namun dihadiri juga pengerajin
kain jumputan yang pernah mengikuti pelatihan di tahun sebelumnya.
Ibu
lilik perwakilan dari Kecamatan Sawahan yang sempat mengikuti pelatihan di
tahun 2014 mengatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan sebelumnya, kini ia
mampu mengajarkan kepada ibu-ibu di daerahnya. Tak hanya membuat kain untuk
pakaian, namun juga membuat taplak meja, scraf,
bahkan sprei.
Bahkan
ia sempat kewalahan saat menerima pesanan berupa seragam untuk anggota
pengajian di tempatnya. “Sekitar 68 kain jumputan yang saya produksi untuk
pakaian dan taplak yang sudah saya produksi dari tahun 2014 hingga sekarang,”
tegasnya. ( Ham )