Surabaya Newsweek- Apa yang dilakukan oleh
Tri Rismaharini Walikota Surabaya dengan sikap diam terkait, Pilwali Surabaya
2015 dianggap sebagai langkah yang keliru sekaligus menutup jalannya sendiri bahkan,
menurut Petrus Hariyanto jalur independen yang akan di tempuh, juga merupakan keputusan
bunuh diri bagi Risma karena, harus berhadapan dengan kekuatan politik besar
dari dua kubu yakni, KIH dan KMP.
Menurut pengamat dan peneliti bidang social dan politik, Petrus Hariyanto,
Risma saat ini, harus segera menentukan sikapnya, untuk maju melalui partai
atau independen, karena keduanya tetap dibutuhkan persiapan yang matang,
sekaligus maping politik yang akurat, jika tidak ingin kehilangan momen.
“jika masih ingin maju ke Pilwali 2015, seharusnya Risma sudah menetukan
sikap, kembali ke PDIP atau berkoalisi dengan partai baru apalagi melalui jalur
independen, sehingga bisa memulai maping sejak awal, bukan bersikap seperti
sekarang ini, karena jika salah perhitungan maka akan kehilangan momennya
sendiri,” terang Petrus di Hotel Bumi Surabaya. (3/3/15)
Masih Petrus, jalur independen adalah, pilihan yang sangat berat buat Risma
sebab, harus menghadapi dua rival yang tidak bisa diremehkan yaitu, kandidat dari KIH dan dari KMP, yang masing
masing mempunyai mesin politik dan pendukung yang riil.
“jika maju melalui independent, maka rival Risma semakin berat, jika Risma bergabung
dengan PDIP dan didukung KIH, masih saja harus menghadapi kandidat yang diusung
oleh koalisi KMP,” jelasnya.
“Yang harus disadari oleh Risma adalah, soal komunikasi menurut saya (
Petrus – Red ), kelemahan itu ada pada diri Risma sementara, untuk bisa masuk
sekaligus mendapat dukungan yang all out dari partai, tentu harus melakukan
komunikasi politik secara aktif dengan partai.
Dalam uraiannya Petrus menjelaskan, bahwa Risma akan mengalami nasib
seperti , Ratna Ani Lestari Bupati Banyuwangi yang akhirnya, gagal meraih suara
yang diharapkan, lantaran terlalu percaya diri dan maju melalui jalur
independen, padahal sebelumnya telah dilamar sejumlah partai besar.
“Risma harus bisa berkaca kepada Ratna Bupati Banyuwangi yang sebelumnya
juga mendapat pinangan dari banyak partai seperti posisi Risma sekarang ini, karena
over confident, akhirnya memilih maju melalui independen dan kalah telak,”
pungkasnya.
Bukan hanya itu saja, Petrus juga menyebutkan jika, pada masa peralihan
pejabat difinitif ke Pejabat Plt, yang
dikendalikan oleh seorang pejabat Plt
dari Pemprov, karena masa jabatan Risma sudah habis, maka momen ini yang paling
berbahaya dan segala kemungkinan bisa terjadi meskipun, sampai saat ini
elektabilitas Risma masih diatas.
“Seperti kita ketahui bahwa jabatan Risma hanya sampai bulan September
2015, artinya setelah itu akan digantikan oleh pejabat Plt yang ditunjuk oleh
Gubernur selama 6 bulan, tentu saja kondisinya akan jauh bebeda, segala
kemungkinan bisa terjadi, termasuk soal elektabilitas Risma nyang katanya masih
tinggi sampai saat ini,” ujarnya. ( Ham
)