Surabaya Newsweek- Walikota
Surabaya, Tri Rismahari mendapatkan anugerah gelar Doktor Kehormatan (Honoris
Causa) dalam bidang Manajemen Pembangunan Kota pada jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Gelar tersebut diberikan
atas prestasi Walikota Tri Rismaharini dalam membangun Kota Surabaya. Prosesi penganugerahan
gelar kehormatan tersebut dilaksanakan di Graha ITS, Rabu (4/3).
Dalam sejarah berdirinya ITS sejak 55
tahun silam, Walikota Risma menjadi orang kedua yang mendapatkan anugerah gelar
Doktor Honoris Causa. Sebelumnya, ada nama Hermawan Kertajaya yang juga mendapatkan
gelar kehormatan tertinggi dalam gelar akademik ini.
Rektor ITS, Tri Yogi Yuwono menegaskan,
kampus ITS memang tidak sembarangan dalam memberikan gelar doctor kehormatan sebelum
yang bersangkutan memang dipertimbangkan layak untuk mendapatkan gelar
tersebut. Dikatakan Tri Yogi, Walikota
Risma dinilai berhasil mengembangkan Surabaya dengan tiga kekuatan sekaligus
yakni, Surabaya sebagai kota profit, ekologi, sekaligus menghimpun partisipasi
publik untuk berperan aktif dalam pembangunan kota.
“Selama 55 tahun ITS berdiri, baru ada dua orang yang mendapatkan
gelar ini. Betapa kami sangat pelit terkait siapa yang layak dipertimbangkan
untuk kita berikan gelar ini. Termasuk juga Bu Risma, kita ukur prestasinya,”
tegas Tri Yogi dalam jumpa pers sesuai acara penganugerahan gelar Doctor
Honoris Causa tersebut.
Dia menambahkan, setelah mendapatkan
gelar ini, Walikota Risma berkewajiban untuk ikut mengajar di ITS. Meskipun
tidak setiap hari. “Ketika gelar ini dimiliki, wajib bagi Bu Risma untuk ikut
mengajar di ITS,” jelas Tri Yogi.
Sementara Ketua Senat ITS, Priyo Suprobo
mengatakan, usulan pemberian gelar kehormatan itu telah melalui prosedur
akademik yang ditetapkan oleh pihak ITS. Proses pengusulan di Prodi Jurusan
Aristektur, sudah mulai digodok pada 29 Januari 2014 silam. Setelah itu,
dilakukan proses penelitian tim, pembuatan disertasi oleh yang bersangkutan dan
kemudian diuji di jurusan Arsitektur. Dan pada September 2014, usulan itu disampaikan
ke rektor lalu dibawa ke senat. Baru pada Desember 2014, senat memutuskan gelar
doktor kehormatan yang dikeluarkan oleh rector atas persetujuan menteri.
“Tapi tidak serta merta bisa dilakukan
(penganugerahan) karena Bu Risma sibuk dengan tugas sebagai walikota dan di ITS
juga banyak kegiatan. Jadi baru bisa terlaksana hari ini. Saya ucapkan selamat
kepada Bu Risma,” jelas Priyo.
Priyo Suprobo menyebut tidak mudah untuk
mendapatkan gelar Doktor Kehormatan di ITS yang merupakan gelar kehormatan
tertinggi dalam gelar akademik, bila yang bersangkutan tidak memiliki prestasi
yang luar biasa. Ia mengapresiasi kinerja Walikota Risma yang selama memimpin
Surabaya, telah mampu membuat Surabaya menjadi kota yang hijau dan nyaman untuk
ditinggali oleh warganya (Surabaya as a
green and sustainable life city).
“Bu Risma tidak hanya bicara dalam teori
saja tetapi juga dipraktekkan, tidak hanya dimimpikan saja tetapi juga
diwujudkan. ITS bangga memiliki alumni seperti Bu Risma. Sangat pantas bila ITS
memberikan penghargaan ini. Semoga penghargaan ini membuat Bu Risma menjadi
lebih termotivasi,” sambung Priyo.
Walikota Risma yang dengan anugerah
gelar ini namanya kini tertulis DR (H.C) Ir Tri Rismaharini MT mengatakan,
dalam pembangunan kota Surabaya menjadi kota hijau dan hunian yang nyaman
ditinggali, ada beberapa hal yang membuatnya bangga. Salah satunya adanya
partisipasi dari masyarakat yang memiliki rasa ikut memiliki terhadap
lingkungan mereka. “Juga kualitas udara di Surabaya menjadi yang terbaik. Itu
yang membuat saya bangga,” ujarnya.
Dijelaskan walikota, dalam membangun
kota, dirinya kerapkali menemui tantangan antara memenuhi kaidah teori atau mengedepankan
kenyataan di lapangan. Maka, walikota terbaik ketiga dunia versi World Mayor
Prize inipun mengombinasikan kenyataan di lapangan dengan teori akademisi.
“Saya kawinkan teori dengan kenyataan di lapangan,” sambung walikota.
Sebelumnya, Walikota Tri Rismaharini
menyampaikan orasi
ilmiah berjudul “Kota Hijau Dalam Dimensi Inovasi Manusia”. Walikota menyampaika
beberapa hal. Diantaranya, dalam setiap perencanaan pembangunan, perlu adanya
faktor komitmen, konsistensi dan integrasi terhadap tujuan yang hendak dicapai.
Juga pentingnya sosialisasi dan edukasi dalam setiap program pembangunan
sehingga menjadi pembuka jalan diterimanya setiap kegiatan. Lalu partisipasi
warga sebagai kunci keberhasilan. Serta adanya kajian sebagai bagian dari
proses berkelanjutan. Termasuk fokus pada pembangunan manusia melalui ruang
terbuka hijau (RTH) yang bentuk penerapannya terimplementasi pada besarnya
anggaran pendidikan yang lebih besar dari ketentuan nasional 20 persen.
Keberadaan RTH menjadi bagian penting dari sistem kota lingkungan.
“Pengembangan RTH tidak sekadar untuk mencapai standar capaian
proporsi 30 persen dari
luar wilayah seperti yang ditetapkan undang-undang. Namun, pengembangan RTH
juga memiliki visi untuk menciptakan kualitas hidup yang lebih baik melalui
sinergi dengan pembangunan bidang lain dan pelibatan banyak pihak,” jelas
walikota.( Ham)