Surabaya Newsweek - Merebaknya isu gerakan radikal
seperti ISIS menjadi perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Terlebih,
aktivitas gerakan ini berpotensi menyentuh semua kawasan tanah air. Termasuk,
Surabaya. Kepala Bakesbanglinmas Soemarno menghimbau masyarakat agar, tidak
mudah percaya dengan ajakan atau rayuan yang berujung pada janji-janji
kebahagian.
Baik kebahagian dunia berupa bayaran/gaji yang memuaskan,
maupun kebahagian akhirat berupa surga. Hal-hal semacam itu kerap dijadikan
iming-iming oleh gerakan radikal untuk merekrut masyarakat. “Tidak ada
kebahagian yang bisa didapat sekejap mata. Semua butuh proses dan perjuangan.
Jangan gampang terbujuk,” ungkap dia saat ditemui Rabu pagi (25/3).
Bila ditelaah, gerakan radikal selalu menawarkan kesenangan-kesenangan
yang bersifat instan dan provokatif. Para pengikutnya umumnya berpikir pendek
dan emosional. Sehingga, begitu gampang terbawa arus dan melakukan tindakan
negatif sesuai petunjuk pemimpin radikalisme tersebut.
Soemarno menjelaskan, selama ini pihaknya terus berkoordinasi
dan berkomunikasi dengan organisasi kemasyarakatan (ormas). Khususnya, ormas
Islam. Tujuannya, menangkal ideologi atau pemikiran yang melenceng dari
semangat religiusitas. Tindak kekerasan atas nama agama, kata dia, tidak dibenarkan
dalam ajaran manapun. “Ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, MUI, dan lain
sebagainya itu adalah pihak-pihak yang berkompeten menjelaskan tentang prinsip
keagamaan. Kami menguatkannya dengan wawasan kebangsaan,” ungkap dia.
Sejatinya, Pemkot sudah kerap menggelar program kerjasama
dengan ormas terkait upaya penangkalan gerakan radikal. Dalam berbagai
kesempatan, topik ini selalu disisipkan sebagai pengingat betapa jeleknya efek
ideologi yang menyimpang itu. Program yang sudah rutin dilaksanakan antara
lain, kemah pemuda antar agama, dialog Forum Kerukunan Umat Beragama, dialog
wanita antar agama, dan diskusi-diskusi lain yang bersifat tentatif.
Bakesbanglinmas dan MUI juga bersinergi untuk melakukan diskusi rutin di
masjid-masjid kampus dan pemukiman warga.
Tidak hanya ormas Islam dan ormas berbasis agama yang diajak
turut serta menangkal gerakan radikal. Pada prinsipnya, semua ormas memiliki
peran penting. Sebab, mereka adalah ujung tombak untuk menjaga stabilitas di
masyarakat. “Mereka adalah pionir perubahan dan kewaspadaan di masyarakat.
Diharapkan, dari mereka akan ada gethok
tular atau sosialisasi dari mulut ke mulut,” ungkap pejabat kelahiran
Nganjuk ini.
Warga pun mesti perhatian dengan lingkungan di sekitar. Jika
di daerahnya terdapat hal-hal yang mencurigakan, mesti segera dilaporkan ke
perangkat warga seperti RT dan RW. Untuk kemudian ditindaklanjuti ke pihak
berwenang baik lurah, camat maupun kepolisian. ( Ham )