Surabaya Newsweek- Membantu
seseorang ternyata, tidak terlepas dari pamrih, padahal itu sudah termasuk
tugas dan kewajibanya untuk menyelesaiakan masalah sebagai wakil rakyat seperti kejadian Eksekusi
Lahan warga Medokan semampir yang diduga,
tidak stiril, banyak kepentingan pribadi yang diutamakan untuk mencari keuntungan
dari pada melaksanakan tugas dan fungsinya, akibatnya beberapa anggota dewan saling
tuding telah melakukan konspirasi.
Anugerah
Aryadi wakil ketua komisi A masih meyakini terjadi konspirasi, sementara ketua
DPRD Surabaya Armuji membantah dan balik menuding Anugerah sebagai pelaku,
namun Herlina ketua Komisi A mengaku tetap akan berjuang untuk warga meski
dirinya diserang.oleh temannya sendiri terkait Konspirasi .
Awalnya,
dengan yakin Anugerah Aryadi mengatakan, kepada sejumlah wartawan yang
mengisyaratkan jika, konspirasi tingkat tinggi dan berujung suap memang terjadi
di lingkungan dewan, serta melibatkan ketua DPRD dan ketua komisi A.
"Agar
tidak menjadi fitnah, ayo dibuktikan saja, caranya gampang kok, kumpulkan semua
anggota dewan yang di curigai, yakni semua anggota komisi A dan Ketua DPRD, BK
bisa melakukan itu, periksa lalu lintas komunikasi HP nya, mulai dari sms, BBM,
emailnya, jika curiga di hapus, kita bisa tanyakan ke masing masing
operatornya, nanti akan ketahuan siapa yang bermain, siapa yang kontak duluan
Johanes," paparnya yakin.
Bukan
hanya itu saja, Anugerah juga ngotot mencurigai bahwa, antara pelaksanaan
eksekusi lahan di Medokan Semampir dengan jadwal keberangkatannya ke Jakarta,
ada kaitannya dalam rangka menjauhkan peran komisi A DPRD Surabaya. Karena,
kegiatan kunjungan kerja dan konsultasi ke Jakarta, hanya bisa dilakukan oleh Ketua
DPRD Surabaya, dengan ketua Komisi A, sehingga dirinya tetap mencurigai adanya
konspirasi politik diantara keduanya.
"Namun
demikian yang menjadi pertanyaan adalah, siapa yang bisa memberangkatkan kami
anggota komisi A ke jakarta pada saat eksekusi itu dilaksanakan, sehingga,
kesannya kami meninggalkan warga medokan semampir, ini kan tidak baik, siapa
yang punya wewenang untuk memberangkatkan kami, itu yang perlu ditanya,"
tandasnya.
Menanggapi
statment Anugerah, yang kebetulan berada tidak jauh dari kursinya, Herlina
Harsono Nyoto ketua komisi A mengatakan, jika sms yang beredar ternyata berasal
dari lingkungan anggotanya sendiri.
“ Saya
sudah berusaha untuk meretas siapa pemilik nomer yang mengirim sms gelap dan
mengandung fitnah itu, hasilnya, ternyata tidak jauh dari posisi saya sekarang
duduk ini, ya kita lihat saja nanti, siapa sebenarnya yang bermain, tentu saja
saya shock dan merasa dirugikan baik secara pribadi maupun kelembagaan,”
Ungkapnya..
Kalau
memang benar saya seperti yang dituduhkan, lanjut Herlina, lantas untuk apa
saya tetap ke lokasi untuk menemui warga sehari setelah eksekusi dilakukan,
buktinya, mereka tetap wellcome dan berharap mendapatkan pembelaan dari kami,
dan kita juga harus cek, siapa sebenarnya yang menerima uang yang dikatakan
haram itu.
“Baru
saja saya dan teman-teman anggota komisi A lainya menghadap ke Pemprov, untuk
menanyakan perihal status lahan milik warga Medokan Semampir, yang kini telah di
eksekusi oleh Pengadilan itu artinya, perjuangan kami untuk warga masih terus
dan tidak akan pernah berhenti sampai warga mendapatkan posisi yang jelas,”Ujarnya.
Masih
Herlina, tidak hanya itu, kami juga telah berusaha menampung keluhan warga,
sekaligus mencarikan solusi terhadap kelanjutan kehidupan mereka, yang sekarang
telah tergusur dengan mengupayakan berbagai fasilitas dari Pemkot Surabaya,
seperti rumah susun untuk tinggal sementara, makanan setiap harinya sekaligus
fasilitas untuk anak-anak mereka yang masih usia sekolah. Kalau saya dikatakan
masuk angin (kena suap- Red ), untuk apa semua ini saya lakukan,” Tambahnya.
Lain
lagi dengan respon ketua DPRD Surabaya Armuji, yang terkesan sangat marah saat,
dikabarkan melakukan konspirasi dengan Johanes, yang berujung tindakan suap.
Dalam penjelasanya, Armuji spontan menuding bahwa, penyebar sms gelap tidak
lain adalah Augerah Aryadi wakil ketua komisi A asal FPDIP.
“Berdasarkan
keterangan dua warga yang menghadap saya, penyebar isu itu adalah, Anugerah
sendiri, tidak ada orang lain lagi, hadapkan dia ke saya sekarang juga, kalau
berani, suruh ngomong didepan saya, karena saya tidak mengerti apa maksud dan
tujuannya, padahal saya tidak pernah mengganggu dia, tetapi kalau begini, dia
jual saya pasti akan beli, kita lihat saja nanti, apa sikap saya selanjutnya,”
Tegas Armuji geram.
Usut
demi usut terkait konspirasi yang simpang siur karena ujung- ujungnya uang kini
mulai terbuka jelas ketika, Armuji secara tegas mengatakan bahwa warga telah
dimintai dana dengan total 8 Juta , dengan rincian 5 Juta untuk jasa Advokasi
sedangkan yang 3 Juta untuk pembelian tiket pesawat ke Jakarta.
“ Ini murni pengakuan warga mas, mereka urunan
(patungan) untuk membayar Anugerah, yang pertama senilai 5 juta untuk biaya
pendampingan advokasi dan yang kedua senilai 3 juta katanya, untuk pembelian
tiket ke Jakarta padahal, sudah disediakan oleh APBD di Sekwan, nah kalau sudah
begini jelas, siapa yang sebenarnya bermain, karena saya tidak pernah tau nomer
telponnya Johanes apalagi kontak dia, tetapi Anugerah justru pernah datang ke
rumahnya,” jelasnya. ( Ham )