Surabaya
Newsweek- Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menilai Walikota
Surabaya, Tri Rismaharini, sebagai figur pemimpin daerah yang paling aktif
dalam mendorong minat baca warga kota yang dipimpinnya. Berdasar penilaian
tersebut, IKAPI memberikan anugerah IKAPI berupa penggerak budaya literasi
kepada Walikota Surabaya. Penghargaan diserahkan kepada walikota Risma di ruang
kerjanya di Balai Kota Surabaya, Rabu (17/12).
Dewan Pertimbangan Pusat
IKAPI, Udanarto Pudji Ludwinto mengatakan, pihaknya sudah lama mendengar
bagaimana peran Walikota Risma dalam meningkatkan budaya baca di Surabaya. Dari
situ, tim IKAPI Jakarta kemudian datang langsung ke Surabaya. Mereka turun ke
sekolah-sekolah dan juga taman bacaan masyarakat (TBM) untuk memantau aktivitas
baca anak-anak dan juga masyarakat Surabaya.
Menurut Udanarto, selain
Walikota Risma, figur lain yang menjadi pertimbangan IKAPI adalah Hanum
Salsabiela Rais. Putri dari mantan Ketua MPR, Amien Rais ini menulis novel
laris “99 Cahaya di Langit Eropa” yang kemudian di filmkan.
“Kami kemudian memutuskan Bu
Risma yang paling pantas mendapatkan anugerah dari IKAPI sebagai penggerak
budaya literasi. Ini juga atas usulan dari IKAPI Jawa Timur. Bu Risma menjadi
satu-satunya wlaikota yang pernah menerima penghargaan ini,” tegas Udanarto.
Pria yang pernah menjabat
Ketua IKAPI Jatim ini menyebut sosok Walikota Surabaya sebagai figur langka,
terutama dalam kaitan dengan membangun budaya literasi di masyarakat. “Baru
Surabaya yang kami lihat ada kemajuan daIam menggerakkan literasi, kota lain
belum. Ini harus kita support agar minat baca anak-anak terus tumbuh. Peran
orang tua dan guru juga sangat penting sehingga anak-anak tidak monoton hanya
melihat televise,” sambung dia.
Walikota Surabaya, Tri
Rismaharini kepada wartawan mengaku tidak menyangka akan mendapatkan
penghargaan tersebut. Apalagi, Kota Surabaya sebelumnya tidak pernah mengikuti
lomba. Walikota menekankan bahwa hal paling penting sebenarnya bukan pada
penghargaan yang diterima.
“Terus terang saya tidak
mengira. Dan kita arahnya memang bukan mendapatkan penghargaan, tetapi kalaupun
dapat, ini untuk mendorong kawan-kawan agar
bekerja lebih keras lagi. Tapi memang tidak boleh hanya berhenti pada
penghargaan karena tujuan kita untuk membangun masyarakat Surabaya supaya
menjadi lebih sejahtera,” jelas walikota.
Dijelaskan walikota, membaca
memiliki peran penting dalam membentuk daya imajinasi dan kreativitas anak.
Sebab, melalui bacaan, dengan membayangkan apa yang dibaca, anak-anak akan
membentuk imajinasinya sendiri. Berbeda dengan digital/elektronik yang sudah
menampilkan gambar dan suara.
“Harus ada era nya. Saya
khawatir kalau langsung masuk ke digital, kreativitas anak-anak akan berkurang.
Kita harus membangun kreativitas anak-anak karena mereka-lah yang kelak akan
memenangkan Indonesia,” sambung walikota perempuan pertama dalam sejarah
pemerintahan Kota Surabaya ini.
Ke depan, walikota
berharap, selain di sekolah, anak-anak
yang menuntut ilmu di pondok pesantren juga gemar membaca, baik buku pelajaran
maupun buku cerita. Sehingga, kelak ketika sudah berkehidupan sosial di
masyarakat, mereka akan memiliki wawasan luas.
“Saya tugaskan Bu Arini (Kepala
Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya) untuk masuk ke Pesantren,” sambung
walikota. ( Ham )