Surabaya Newsweek- Para pelajar Surabaya kembali
mencatatkan prestasi berskala Nasional di bidang teknologi. Dua tim dari SMP
Negeri 1 berhasil membawa pulang dua piala dari ajang Kontes Robotika Nasional
yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) di
Jakarta, Sabtu (11/10).
Sorak kegembiraan langsung pecah saat
nama Spensabaya III disebut dewan
juri sebagai Juara II Kontes Robotika Nasional. Mereka yang paling riang tak
lain adalah para anggota tim yang terdiri dari Bagus Adji Dwi Hendrarto,
Al-Husain Azhar dan Ara’af Ario. Ketiganya duduk di kelas VIII SMP Negeri 1
Surabaya.
Selain Spensabaya III, Gading Indrayana, Achmad Rafil dan Rizvi Ramadhika
dari sekolah yang sama yang tergabung dalam Emerald
Team juga meraih posisi Juara Harapan I.
“Kami senang dan lega bisa meraih
hasil maksimal. Itu semua berkat kerja keras seluruh anggota tim dan pelatih
serta dukungan para guru,” kata Bagus, salah seorang penggawa Spensabaya III.
Dalam kompetisi tersebut, seluruh kontestan
yang semuanya berstatus pelajar sekolah menengah pertama diharuskan menciptakan
robot line tracer. Artinya, jenis
robot yang dimaksud bergerak mengikuti jalur lintasan. Sedangkan tema lomba
yaitu agrikultur. Area diluar garis lintasan diumpamakan hamparan sawah,
sementara jalur lintasan adalah pematang sawahnya. “Konsepnya, robot kami
berjalan sebagai alat patroli di areal sawah,” sambungnya.
Penilaian juri didasarkan pada
perolehan poin, waktu dan presentasi. Akumulasi ketiga kriteria itulah yang menentukan
pemenang Kontes Robotika Nasional tahun ini.
Kendati sukses menyabet Juara II,
namun seluruh anggota tim Spensabaya III sepakat
keberhasilan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah. Azhar menambahkan, tim-nya
harus menjalani persiapan jauh-jauh hari sebelumnya. Intensitas kegiatan makin
meningkat pada dua hingga tiga minggu sebelum lomba.
Berbagai kendala sempat menghadang.
Mulai dari kerusakan sensor hingga program error silih berganti menguji
ketelatenan tim. Bahkan, demi meraih hasil maksimal, personil Spensabaya III harus rela pulang telat.
“Biasanya kami pulang pukul 14.00.
Namun, akhir-akhir ini, baru keluar dari sekolah pukul 16.00 itu sudah biasa,”
ujar Azhar.
Sementara itu, pelatih
Ekstrakulikuler Robotika SMP Negeri 1, M. Syaiful Azis mengatakan, ketentuan
kompetisi yang diikuti kali ini agak berbeda dari sebelum-sebelumnya. Biasanya,
siswa hanya diminta mempertontonkan kinerja hasil karya robotnya saja. Namun,
dalam Kontes Robotika Nasional Kemenristek ini, para peserta juga diharuskan
melakukan presentasi di hadapan para dosen dan pakar dari Institut Pertanian
Bogor (IPB).
Menurut Azis, hal itu dipandang
sangat baik untuk meningkatkan kompetensi para pelajar. Setiap peserta dituntut
tidak hanya mahir membuat karya robot, melainkan memahami detail komponen dan
fungsinya.
Tak hanya itu, hasil karya juga harus
sepenuhnya buatan tangan (handmade).
Komponen dibeli secara terpisah kemudian dirakit dan diprogram sendiri. Setelah
jadi, robot dibawa ke venue lomba di Jakarta. Tantangan tidak berhenti sampai
di situ. Semua peserta datang ke lokasi lomba masih dalam kondisi tidak tahu
bentuk lintasan karena memang masih dirahasiakan. Panitia baru memberitahukan
bentuk lintasan beberapa saat jelang lomba. “Setelah mengetahui detail
lintasan, para peserta hanya diberi waktu satu jam untuk memprogram robot
mereka,” terang Azis.
Meski terdengar cukup sulit, namun
Azis sedari awal yakin anak didiknya mampu mengatasi setiap tantangan.
Pasalnya, selama masa persiapan dirinya selalu menekankan pentingnya faktor percaya
diri dan memahami kualitas lawan. “Sebelum berangkat, kami simulasi dulu
seolah-olah sedang berlomba. Jurinya kepala sekolah dan sejumlah guru SMP
Negeri 1. Dengan persiapan seperti itu, kami yakin mental tim lebih siap,”
tukasnya.
Strategi dan persiapan Azis itu
terbukti cukup manjur. Dua tim yang dibesutnya sanggup mencatatkan prestasi
membanggakan. Semua capaian itu tidak lepas dari peran orang tua dan sekolah
yang senantiasa mendukung.
Kepala SMP Negeri 1 Surabaya, Titik
Sudarti menuturkan, ekskul robotika sudah lebih kurang 5 tahun digeluti para
pelajar di sekolahnya. Antusiasme siswa pun tergolong cukup tinggi. Setidaknya
ada 100-an pelajar yang rutin mengikuti kegiatan ini setiap Sabtu pagi. Untuk
mengarahkan potensi di bidang robotika, sekolah menugaskan seorang pelatih
dengan didampingi empat asisten dalam setiap pertemuan.
“Ekskul robotika tergolong unggulan
dan paling berprestasi. Pada Agustus lalu, robotika SMP Negeri 1 juga meraih
tiga penghargaan dalam Parahyangan Robotic Competition 2014,” katanya. Tiga
penghargaan yang dimaksud yakni Technical
Award Sumo Robot Challenge, Special
Award Sumo Robot Challenge dan Vote
Award Aplication Robot Challenge.
Kepsek kelahiran Magelang ini
menilai, ekskul robotika sangat cocok untuk memupuk jiwa kompetitif dan kreasi
inovatif. Apalagi, dalam hitungan bulan, Indonesia bakal memasuki era
perdagangan bebas Asia Tenggara (AFTA). Untuk itu, generasi muda harus siap
berkompetisi melalui karya-karyanya.
Selanjutnya, Titik mengungkapkan,
pihaknya membidik kompetisi robot di Johor Bahru, Malaysia pada 24-26 Desember
mendatang. “Mohon doanya semoga kami dapat berprestasi dan mengharumkan nama
Indonesia dan Surabaya di level kompetisi internasional,” pungkas mantan Kepala
SMP Negeri 26 ini. ( Ham )