Surabaya Newsweek- Ketidaksehatian DPRD Kota Surabaya
dengan Pemkot terkait, rencana pembangunan proyek angkutan massal cepat (AMC) di Kota
Surabaya terus bergulir, DPRD Surabaya menilai, grand design yang dipaparkan
dianggap proyek tanpa kajian dan justru akan menimbulkan persoalan kemacetan
yang baru, ironisnya,kalimat yang terkesan menolak ini tidak menjadikan Pemkot
Surabaya putus asa bahkan, Pemkot dan PT KAI telah melakukan berbagai persiapan.
Apalagi rapat rapat dengar pendapat antara
Bappeko Surabaya, PT KAI, dan anggota DPRD Surabaya, Selasa (14/10) terkait
rencana pembangunan proyek angkutan massal cepat (AMC) berupa trem akhirnya
kembali mentah, karena DPRD Surabaya menilai bahwa Pemkot Surabaya belum
mempunyai kajian yang komplit terkait dampak yang ditimbulkan.
Armuji Ketua DPRD Surabaya menegaskan, pihaknya
tidak menolak, akan tetapi mendukung
program angkutan masal cepat di Kota Surabaya, asal tidak berimbas kepada
persoalan social warga kota Surabaya.
“Sebenarnya kami tidak menolak, tetapi kami juga
mendukung rencana pembangunan angkutan masal cepat dengan jenis apapun, asalkan
harus didahului dengan kajian yang matang mulai dari DED sampai dampak yang
ditimbulkan,” katanya. (16/10/14)
Namun, Lanjut Armuji, jangan menganggap jalur
Trem ini masalah remeh , dengan cukup membandingkan dengan Bus Way yang di
Jakarta, kondisinya sangat berbeda, kalau jalur Bus Way masih bisa berfungsi
ganda disaat longgar, tetapi tidak untuk Trem, karena badan jalan yang dikepras
untuk Trem tidak bisa digunakan yang lain kecuali, Trem itu sendiri bahkan,
akan menjadi area PT KAI sepenuhnya.
Ditanya apakah selama ini Pemkot Surabaya pernah
melibatkan DPRD, dalam pembahasan rencana proyek AMC, Armuji dengan tegas
mengatakan, jika Pemkot berjalan sendiri yang seakan-akan menganggap jika
anggota dewan tidak mampu berfikir soal AMC.
“Justru itu yang saya persoalkan, kami ini kan
mitra pemkot tetapi, kenapa sampai detik ini tidak pernah melibatkan dewan,
perlu diketahui bahwa, anggota kami juga banyak yang berlatarbelakang teknik
dan lain-lain, maksudnya, jangan menganggap kami ini tidak mengerti apa-apa
atau bodoh soal AMC, sementara berbagai keluhan masyarakat terkait proses
pembangunannya selalu bermuara ke kami (dewan),” tegasnya.
Masih Armuji, karena tidak ada keterlibatan DPRD
dalam rencana pembangunan AMC di Kota Surabaya, maka konsekuensinya juga tidak
ada anggaran sepeserpun dari APBD, alias nol persen untuk AMC, biar diurus PT
KAI dan Pemkot saja sebab , anggarannya dari pusat.
Harusnya proyek AMC berorientasi jangka panjang,
jangan hanya dijadikan proyek prestisius saja, jika ternyata AMC yang terbangun
tidak bisa membantu masyarakat maka,
akan ditinggalkan dan warga akan kembali memakai sarana sepeda motor.
Terpisah, Direktur Keselamatan Direktorat Jenderal
(Di tjen Perkereta Apian Kemenhub, Popik Montanasyah, mengatakan bahwa, trem
sudah ada di Surabaya sejak tahun 1960-an. Namun seiring dengan bertambahnya
jumlah kendaraan bermotor, akhirnya moda trem mulai ditinggalkan masyarakat.
Untuk saat ini, meski jumlah kendaraan bermotor di Surabaya jumlahnya mencapai
jutaan, moda trem masih tetap memungkinkan untuk diterapkan.
“Masalahnya itu dipengguna jalan. Kalau disiplin,
tidak ada terjadi kecelakaan, masing-masing sudah ada jalurnya, jalur trem
sendiri dan jalur moda kendaraan bermotor ada sendiri, kami masih akan
mempelajari jalur mana saja yang akan dilalui oleh trem ini, ini kan sudah
masuk pada DED (detail engineering design).
Kemudian amdalalin (analisa dampak lalu lintas)
dan dampak sosialnya juga akan dikaji, yang mengkaji amdal ini bisa dari
akademisi atau dari lembaga swasta lain yang kompeten,” jelasnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini mengaku jika, pihaknya sudah mengecek jalur yang akan dijadikan
rute trem, pengecekan ini dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), selaku
operator proyek trem. Pengecekan jalur ini dilakukan untuk memperkuat data
sebelum nantinya proyek ini dikomunikasikan dengan kabinet yang baru.
“Saya sengaja melakukan pengecekan jalur supaya
cepat selesai. Datanya kami siapkan semua. kalau sudah selesai akan kami
bicarakan dengan kabinet baru, supaya bisa klop dan tidak sia-sia.
Nanti akan kami komunikasikan soal pendanaannya seperti apa,” katanya.
Untuk saat ini, yang disurvei adalah jalur trem
milik KAI yang tidak difungsikan sejak lama. Jalur yang sudah disurvei adalah
jalur rel utara–selatan, diantaranya, trem rute Diponegoro–Pandegiling–Tugu
Pahlawan serta Darmo–Tugu Pahlawan. Survei bakal dilakukan di semua jalur trem
yang saat ini sudah tidak difungsikan. Beberapa jalur yang mati sejak lama
adalah, Jalan Semarang–Pasar Turi–Ujung. Dan ada juga Wonokromo–Jembatan Merah
yang dulu disebut-sebut sebagai jalur paling sibuk. Trem nanti akan dimulai
dari Terminal Joyoboyo di selatan Surabaya. Lalu berlanjut ke Jalan
Raya Darmo-Jalan Kombespol M Duryat.
Untuk tahap pertama proyek ini, PT KAI sudah
menyiapkan anggaran Rp125 miliar. Sedangkan, kebutuhan dana sendiri totalnya
mencapai Rp2,2 triliun, “Jalur yang akan kami hidupkan minimal seperti yang dulu.
Karena kota sekarang sudah berkembang, nanti akan ada penambahan jalur,”
pungkas mantan kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya
ini. ( Ham )