Surabaya
Newsweek- Pembahasan Calon Walikota Surabaya dalam Pilihan Walikota (
Pilwali ), Tahun 2015 terus bergulir,
baik dari Partai Politik Maupun , masyarakat yang
mengkomsumsi pembicaraan bakal calon ( Bacal ) Walikota dan Wakil
Walikota , hingga saat ini, tidak pernah berhenti . bahkan, temperatur politik di Kota Surabaya mulai nampak ,
terutama disejumlah partai pasalnya, sudah melempar berbagai wacana dan koalisi dan sosok
yang akan di usungnya melalui partainya.
Salh satu contoh , nama Tri Rismaharini masih
disebut-sebut sebagai bakal calon terkuat karena, berhasil membangun citranya
di mata masyarakat kota Surabaya terutama, kaum ibu-ibu dan masyarakat terkait,
akar rumput.
Namun,
bermunculan juga sejumlah nama yang akan siap bertarung di Pilwali 2015
mendatang seperti, Arzheti, Wisnu Wardhana, Wisnu Sakti Buana, M Sholeh, Sukoto
dan Wira Lina, serta Haris.
Namun bersamaan
dengan itu, muncul wacana UU Pilkada, yang baru tentang pemilihan kepala daerah Kabupaten/Kota,
yang kini akan dipilih oleh anggota DPRD dengan istilah tak langsung atau
perwakilan, tentu saja ini akan
mempengaruhi peta politik di Kota Surabaya ,termasuk posisi Tri Rismaharini sebagai sosok Calon
Walikota 2015, yang masih di elu-elukan
masyarakat Kota Surabaya akan menelan kekecewaan
Menaggapi hal
ini, Akhmad Suyanto anggota DPRD Surabaya asal FPKS, tetap meyakini bahwa ,perubahan
soal sistem pemilihan Walikota Surabaya langsung menjadi tak langsung tidak
akan berpengaruh terhadap posisi sosok yang akan diusungnya karena, akan
mendapatkan dukungan dari sejumlah partai dan fraksi yang tergabung dalam
Koalisi Merah Putih (KMP)
“Untuk Pilwali
2015, kondisi dan posisi koalisi merah putih menjadi poros kebijakan, sekaligus
kesepakatan politik yang harus dijaga, dengan struktur Gerindra sebagai
pengusung dan PKS sebagai penyangga utama,” jelasnya saat ditemui disela-sela
mengikuti orientasi di Hotela Singgasana Surabaya. (26/914)
Diakui Suyanto
bahwa, hingga saat ini, masih belum melihat sosok kader dari partainya maupun,
dari partai yang tergabung dalam koalisi merah putih yang layak untuk diusung
maju, menjadi bakal calon Walikota Surabaya selain Tri Rismaharini.
“Sampai saat ini,
jujur, kami belum melihat sosok yang layak diusung di
Pilwali, baik di intern partai kami maupun, di koalisi merah putih, jadi
dukungan kepada sosok Risma masih tetap namun demikian, kami tetap melihat
perkembangan di partai PDIP, sebagai pengusung awal di th 2009,” katanya.
Menurut Suyanto, Situasi politik akan lebih baik dan
kondusif jika, PDIP, tetap mengusun Risma di Pilwali 2015 karena, sosok yang kami
inginkan sama dan dampaknya akan tidak ada lagi, perbedaan sekaligus
pertarungan politik intern DPRD.
Hal berbeda
dikatakan, Pratiwi Ayu Khrisna ketua fraksi Golkar DPRD Surabaya bahwa, pihaknya masih tetap akan menunggu
perintah dari DPP meski, secara pribadi mengakui keberhasilan Risma sebagai
Wali Kota Surabaya.
“secara pribadi
saya mengakui bahwa, Risma berhasil membangun kota ini lebih baik dari
sebelumnya dan orang baik jangan dilempar sampah tapi, berikan bunga namun,
untuk bicara soal Pilwali mendatang, tentu kami tetap menunggu perintah dari
DPP karena, kami juga belum pernah berfikir apalagi, membahas soal
usung-mengusung dan dukung mendukung di Pilwali, itu masih jauh mas,” Tandas
politisi senior Surabaya yang berlatar belakang pengusaha kapal cargo ini.
Ayu (panggilan akrab Pratiwi Ayu Khrisna) juga menambahkan, jika Pilwali Kota Surabaya tidak ada kaitannya dengan koalisi merah putih, yang telah terbangun ditingkat pusat karena, dirinya berpendapat bahwa koalisi dibentuk bukan sekedar berbicara soal Prabowo atau Gerindra, melain banyak hal lain yang jauh lebih krusial.
Ayu (panggilan akrab Pratiwi Ayu Khrisna) juga menambahkan, jika Pilwali Kota Surabaya tidak ada kaitannya dengan koalisi merah putih, yang telah terbangun ditingkat pusat karena, dirinya berpendapat bahwa koalisi dibentuk bukan sekedar berbicara soal Prabowo atau Gerindra, melain banyak hal lain yang jauh lebih krusial.
“Saya tidak
sepakat jika koalisi merah putih dikait-kaitkan dengan Pilwali Surabaya, itu
terpisah dan benar-benar tidak ada kaitannya, koalisi merah putih juga tidak
ada kaitanya, dengan sosok Prabowo atau Gerindra tetapi, koalisi itu dibentuk karena, ada
beberapa agenda dan tujuan politik lain, yang jauh lebih luas, itu yang harus
dipahami,” Tambahnya.
Oleh karena itu,
lanjut Ayu, selama ini kami memilih tidak pernah berkomentar bahkan cenderung
diam karena akan menimbulkan masalah baru dan terlalu dini, apalagi situasi dan
kondisi di DPRD Surabaya masih seperti ini, tetapi jangan dianggap kami tidak
punya pendapat atau apriori dengan perkembangan politik di intern dewan maupun
ditingkat partai, kami lebih baik wait and see ( Menunggu dan melihat - Red ) aja dulu.
( Ham )