Surabaya Newsweek – Proyek Pembangunan Monorel angkutan
massal cepat (AMC), mulai menemukana titik terang, yang selama ini masih tarik
ulur antara Pemkot Surabaya dengan PT Kereta Api Indonesia ( KAI ), namun saat
ini setelah pertemuan antara PT KAI yang di wakili oleh Dirut KAI Ignasius
Jonan dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini di balai Kota Surabaya.
Dalam pertemuan antara
Wali kota dengan Dirut KAI Jonan mengatakan,” pihaknya bersedia membangun moda
transportasi trem dengan jalur rel sepanjang 17 kilometer. Anggaran sepenuhnya
berasal dari PT KAI. “Pemkot nanti yang berkewajiban menyiapkan lahannya,
sedangkan kami (PT KAI) yang akan membangun, investasi dan mengoperasikannya,”
ujarnya saat ditemui usai pertemuan antara jajaran PT KAI dengan para pejabat
Pemkot Surabaya.
Demi kelancaran pembangunan proyek tersebut, dalam waktu
dekat PT KAI dan Pemkot Surabaya akan menyiapkan MoU proyek trem. Kendati
demikian, Jonan belum mau mengungkapkan target penyelesaian secara gamblang.
“Targetnya nanti sajalah. Yang penting ujug-ujug
tremnya sudah jadi, Bu Walikota potong pita, terus difoto. Nanti anda kami
undang,” katanya kepada awak media dengan nada berkelakar.
Tri Rismaharini Walokota Surabaya menyambut gembira tanggapan
positif dari PT KAI ini. Pasalnya, kebutuhan akan moda transportasi publik
berupa trem dan monorel memang sudah sangat urgen. Dia menjelaskan, awalnya
pemkot memperkirakan untuk proyek trem dana yang dibutuhkan bisa mencapai Rp
2,2 triliun. Besarnya biaya dikarenakan meliputi pembangunan infrastruktur
seperti pengadaan depo dan sebagainya.
Jika, proyek tersebut ditangani oleh PT KAI pembiayaan bisa
lebih murah lantaran menggunakan beberapa fasilitas dan saran milik PT KAI.
Pembagian tanggung jawab antara pemkot dan PT KAI dipandang sebagai suatu
langkah yang saling menguntungkan.
Biaya pembangunan rel yang dilakukan PT KAI, selama ini lebih banyak tersedot untuk urusan pembebasan
lahan. Misalnya, yang terjadi di Bandara Kualanamu Medan. Untuk proyek itu,
lanjut walikota, kabarnya menyedot anggaran sekitar Rp 1 triliun hanya untuk
pembebasan lahan saja. “Sedangkan kalau di sini pembebasan lahan kan jadi
kewenangan pemkot sehingga untuk pembangunan trem saja tidak membutuhkan dana
yang melambung dari PT KAI,” urai Risma -sapaan Tri Rismaharini-.
Menurut Risma, hitungan Dirut PT KAI, proyek trem di Surabaya
akan membutuhkan biaya Rp 400 miliar. Namun, versi walikota, anggaran yang
dibutuhkan bisa berkisar Rp 600-800 miliar.
Risma memprediksi groundbreaking
bisa terlaksana satu bulan lagi. Sedangkan, pembangunan fisik memerlukan waktu
lebih kurang satu setengah tahun. Itu karena gerbong trem didatangkan dari luar
negeri.
Untuk bahan bakar,
sudah disepakati bahwa trem akan menggunakan teknologi batere. Dengan teknologi
tersebut, trem dapat melaju rata-rata 30 km/jam. “Kami juga gerak cepat menyiapkan
segala sesuatunya, supaya proyek trem ini berjalan dengan lancar,” ungkapnya
dengan nada optimis. ( Ham )