DPRD Kota Semprot Kadindik , Terkait Seragam Sekolah


Surabaya Newsweek- Ternyata APBD 2014, khusus  pendidikan  untuk Masyarakat yang tidak mampu yang ada dikota Surabaya belum, bisa menyentuh atau mengakomodir  kepentingan siswa yang dianggap tidak mampu untuk mendapatkan kelengkapan sekolah secara gratis .   


Salah satu sekolah  kejuruan di  Kota Surabaya  ada siswa  yang tidak diberi  seragam sekolah padahal,  siswa  tersebut masuk kategori keluarga tidak mampu dan perlu diketahui bahwasannya APBD 2014 untuk pendididkan  untuk keluarga yang tidak mampu telah  dianggarkan sebesar 5 Miliar.  


Walaupun , untuk siswa  keluarga yang  tidak mampu telah disiapkan anggaran senilai 5 Miliar di APBD 2014, utamanya yang melalui jalur Mitra Warga yang dikhususkan bagi siswa keluarga miskin, namun kenyataannya tidak seperti yang digembar gemborkan melalui media selama ini. Bagaimana tidak, Sudirman orang tua siswa Salsabila yang diterima di SMK 4 Kranggan jurusan akutansi lewat jalur mintra warga akhirnya melapor ke dewan karena sebagai keluarga tidak mampu masih diwajibkan membayar uang seragam senilai 650 ribu.


Karena tidak tahan melihat kondisi anaknya, Sudirman berusaha menemui staf koperasi sekolah untuk memohon diberikan seragam untuk putrinya dengan cara mencicil. Alhasil permintaannya dikabulkan dengan catatan mengangsur 150 perbulan hingga selesai.


Tentu saja kejadian ini sangat bertentangan dengan program pemkot Surabaya terkait jalur mitra warga yang konon membebaskan dari segala biaya sekolah dan berhak mendapatkan fasilitas yang sama seperti siswa lainnya, karena program ini memang diperuntukkan siswa dari keluarga tidak mampu.


Hal yang sama juga dialami Ahmad Alfandi siswa baru SMK 2 Surabaya, jalur reguler yang telah menyerahkan surat keterangan tidak mampu. Menurutnya, sekolah tetap mengharuskan dirinya membayar biaya seragam yang nilainya 1.050.000, jika ingin mendapatkan seragam meksi akhirnya diminta membayar separonya.


Akhirnya, Alfandi hingga saat ini masih tetap memakai seragam SMP nya karena belum bisa membayar. Mendengar laporan keduanya, Baktiono mantan ketua komisi D mengatakan jika Dindik Surabaya telah melakukan kesalahan yang fatal jika ternyata masih ada keluhan soal penarikan biaya dari siswa keluarga tidak mampu karena sudah masuk anggaran APBD.


"Hal ini mestinya tidak boleh terjadi, tentu saja kami sangat menyayangkan, kejadian seperti ini dan saya menduga jika sekolah-sekolah di Surabaya belum melakukan kewajiban surveynya, karena seluruh siswa tidak mampu telah ditanggung oleh dana APBD secara total baik biaya personal maupun operasionalnya, artinya tidak satu rupiah-pun mereka membayar, karena sekolah memang tidak diperkenankan menarik biaya apapun," terangnya.


Ditambahkan Baktiono, seharusnya Kadindik harus konsekwen dengan program mitra warga yang telah diumumkan ke publik bahwa Kota Surabaya menyiapkan anggaran untuk sisa tidak mampu sebagai implementasi bahwa Surabaya sebagai kota pendidikan.


“jangan hanya gembar gembor soal program mitra warga tetapi implementasinya tidak ada, saya memang mencurigai guru-guru di sekolah belum meakukan survey terkait siswa tidak mampu, namun hal ini tetap menjadi tanggung jawab Kadindik Surabaya sebagi pelaksana regulasi kebijakan,” tegasnya.


Belakangan beredar info bahwa ternyata masih banyak oknum guru di Surabaya yang berusaha mensiasati aturan dan kebijakan pemkot Surabaya terutama yang menyangkut soal biaya untuk siswa demi kepentingan pribadi dan kelompoknya. ( Ham )



Lebih baru Lebih lama
Advertisement