Surabaya Newsweek- Pembangunan Cagar Budaya Balai Pemuda
Kota Surabaya bisa dibilang mangkrak saat ini , karena hingga kini pembangunan tersebut masih belum kelar padahal, gedung Bali Pemuda tersebut terbakar tahun 2011 silam ironisnya Walikota
Surabaya berdalih bahwa pembangunan Cagar Budaya Tipe A ,menurutnya butuh ketelitian dan kecermatan yang ekstra
tinggi.
Bahkan,
bahan- bahan yang digunakan harus khusus, untuk mencari interior dan eksterior
yang asli untuk Cagar Budaya tidak mudah meski demikian, saat ini sudah
ditemukan bahan seperti asli dengan berbagai campuran sehingga bahan yang
dimaksud benar-benar mirip aslinya dengan bahan yang lebih tahan lama.
“Membangun cagar budaya itu berat. Itu (bahan bangunan) campurannya khusus dan
tidak mudah,” Ungkapnya.
Namun
Mantan Kepala Badan Perencanaan Dan Pembangunan Kota ( Bappeko ) Kota Surabaya
optimis Tahun 2014 ini sudah selesai ini
karena, pemenang tender pengerjaan juga tinggal melanjutkan pembangunan yang
sebelumnya juga sudah berjalan. Pembangunan Balai Pemuda sempat terhenti karena
kontraktor awal tak bisa memenuhi target pembangunan. Akibatnya, pemkot
menghentikan pengerjaan dan mengganti dengan kontraktor baru. “Pembangunan yang
sekarang itu pembanguna baru. Saya targetkan akhir tahun ini selesai,” Ujarnya.
Perlu diketahui,
Kontraktor pelaksana pembangunan gedung Balai Pemuda pada tahun 2013 sudah
masuk black list karena gagal memenuhi
target waktu pengerjaan, akhirnya Pemkot menggelar lelang ulang, Proyek pembangunan
gedung yang digunakan sebagai tempat pesta dansa orang Belanda itu dilakukan
secara multi years. Untuk tahun 2013 lalu dialokasikan dana anggaran mencapai
Rp5 miliar. Namun dari alokasi anggaran tersebut hanya mampu terserap sekitar
Rp3 miliar. Sisa anggaran sebesar Rp2 miliar tetap dialokasikan untuk
pembangunan lanjutan tahun 2014.
Lilik Arijanto Ketua Tim Pembangunan Gedung Balai Pemuda,
mengakui pembangunan gedung Balai Pemuda memiliki tingkat kesulitan sangat
tinggi. Ini karena kondisi bangunan harus menyerupai aslinya dan tidak boleh
ada perbedaan yang mencolok. Untuk interior bagian dalam gedung, pengerjaannya
harus betul-betul memiliki kesabaran tinggi.
Jika
tidak sabar akan sulit membuat ornamen berbagai hiasan didalamnya, apalagi
gedung yang sempat menjadi markas arek-arek Suroboyo dalam perang kemerdekaan
ini nantinya, akan berfungsi sebagai tempat penampilan berbagai budaya maka,
sedapat mungkin model bangunan sesuai aslinya.
“ Kamiberupaya
membangun gedung ini persis seperti semula. Sehingga, keasliannya tetap terjaga,”
Cetusnya. ( Ham )