Surabaya Newsweek- Pemkot Surabaya terus memprioritaskan pembenahan Sumber daya Manusia (
SDM ), agar selalu mampu bersaing dengan negara lain, banyak cara telah
dilakukan salah satunya dengan peningkatan kualitas pendidikan disekolah – sekolah.
Dalam rangka menuju Masyarakat
Ekonomi ASEAN ( MEA ) 2015, yang tinggal
menghitung bulan, guna menghadapi era perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara,
nah, upgrade mutu pendidikan tersebut
diimplementasikan dalam bentuk pengiriman guru dan siswa ke luar negeri.
Tujuannya, agar wawasan mereka tentang dunia pendidikan lebih baik.
Korea Selatan (Korsel), dalam hal ini
dipandang sebagai suatu negara yang maju pendidikannya. Oleh karenanya, kerjasama
sistercity antara Surabaya dengan
Busan telah mengerucut ke sektor kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Bahkan,
kerjasama yang terjalin tidak hanya antara pemerintah dengan pemerintah, namun
juga antar sekolah dan perguruan tinggi.
“Korsel merupakan negara yang paling
pas dijadikan kiblat untuk belajar tentang kemajuan sektor pendidikan. Itu
karena meskipun telah maju di segala bidang, Korsel tetap melestarikan budaya
lokal. Sehingga manusianya tidak menjadi seperti robot yang didikte oleh
kemajuan teknologi,” ujar Walikota Surabaya Tri Rismaharini saat menerima
kunjungan petinggi Dong-Eui University Lee Gyeong Gyu di balai kota, Kamis
(17/7).
Risma mengatakan, adapun pengiriman
guru dan siswa Surabaya ke Busan tiap tahunnya adalah untuk mengejar
ketertinggalan di bidang pendidikan. Harus diakui, bahwa Busan memang lebih
maju ketimbang Kota Pahlawan. Dalam kegiatan belajar-mengajarnya, para siswa
sudah dikenalkan dengan pemanfaatan teknologi informasi sejak usia dini. Tak
heran jika Korsel kini menjelma menjadi raksasa produsen alat-alat elektronik
terkemuka di dunia.
Di samping itu, konsep pembelajaran
di sekolah-sekolah di Negeri Ginseng sudah mengarah pada dunia usaha. Jadi,
para pelajar di Korsel sudah akrab dengan iklim wirausaha sejak masih mengenyam
pelajaran di bangku sekolah. Dengan demikian, ketika lulus mereka semua sudah
siap. “Hal itulah yang ingin kami terapkan secara optimal di Surabaya. Dengan
kualitas SDM yang mumpuni, kami yakin bisa bersaing dengan negara-negara lain.
Hanya itu cara bagi bangsa ini bisa maju dan lebih baik,” kata walikota.
Sebagai informasi, pekan depan
sebanyak 20 guru akan diberangkatkan ke Busan untuk menimba ilmu di Dong-Eui
University. Tahun ini Pemkot Surabaya mengagendakan pelatihan di Busan untuk 70
tenaga pendidik, meliputi guru SMP, SMA/SMK serta beberapa kepala sekolah.
“Pemberangkatannya kemungkinan akan dibagi dalam tiga gelombang,” kata Ifron
Hady Susanto, Kabag Kerjasama Pemkot Surabaya.
Ifron menyatakan, selama di Busan
para guru tersebut tidak hanya melulu belajar masalah pendidikan. Mereka juga
akan diajak berkunjung ke pasar-pasar, pusat kesenian dan olahraga. Hal itu
bertujuan agar delegasi pendidikan Surabaya mendapat informasi yang menyeluruh
tentang kemajuan suatu bangsa dari sudut pandang SDM.
Bahkan, Ifron menyebut, sesuai
instruksi walikota bahwa selama berada di Busan, para guru diwajibkan menggunakan
sarana transportasi publik seperti kererta, bus dan subway. Harapannya, mereka
bisa menyampaikan pentingnya pemanfaatan transportasi publik kepada para
siswanya. Serta, yang lebih penting memahami konsep fasilitas umum. “Jadi,
pembelajaran selama di Busan akan dilakukan secara menyeluruh dan
komprehensif,” sambung dia.
Berdasar evaluasi program pengiriman
tenaga pendidik tahun lalu, dapat diketahui bahwa beberapa sekolah sudah mulai
menerapkan sejumlah disiplin yang didapat dari Busan. Misalnya, pemanfaatan
teknologi informasi dalam kegiatan belajar-mengajar serta optimalisasi program
sekolah dengan wawasan dunia usaha.
Sementara, Lee Gyeong Gyu yang hadir
didampingi Vice Director Dong-Eui University Youngmi Jung dan pengusaha asal
Korsel Lee Kyeong Youn memprediksi, dalam 10 tahun mendatang Surabaya
berpotensi menjelma menjadi kota maju di bidang teknologi. Hal itu bisa terjadi
karena saat ini pemerintahnya fokus pada pembenahan SDM.
Gyeong Gyu mengatakan, kalau sekarang
Korsel bisa menjadi negara maju itu dikarenakan faktor edukasi. Jadi,
pendidikan-lah yang menjadi rahasia sukses Korsel saat ini.
Soal para guru Surabaya yang diutus
ke Busan, menurut Gyeong Gyu sejauh ini program tersebut berjalan lancar. Sama
sekali tidak ada masalah berarti. “Malah, mereka antusias bertanya dan menggali
pelajaran dari materi yang diberikan. Itu membuat kami senang dan semangat,”
kata Gyong Gyu dalam Bahasa Korea yang lantas diterjemahkan oleh Lee Kyeong
Youn.
Youngmi Jung menambahkan, sedikit
kendala yang mungkin dihadapi oleh delegasi Surabaya saat berada di Busan yakni
perbedaan kultur dan iklim. Sebagaimana diketahui, saat musim dingin suhu udara
di Busan bisa sangat ekstrem yakni mencapai minus 7 derajat celcius. Sedangkan
faktor bahasa tidak jadi soal karena ada penterjemah khusus yang mendampingi
para guru asal Surabaya. Disamping, guru-guru yang dikirim sudah banyak yang
mahir berbahasa Inggris. ( Ham )