Surabaya Newsweek- Patung lambang Kota Surabaya kini
bisa dijumpai di Kota Busan, Korea Selatan. Tetenger berbentuk ikan suro dan boyo (buaya) itu dilaunching pada Selasa (1/7) oleh Walikota
Surabaya Tri Rismaharini dan Walikota Busan Hur Nam Sik. Peresmian patung tersebut
sekaligus menandai 20 tahun kerjasama sistercity
kedua kota.
Monumen lambang suro
dan boyo berada di taman kota yang
terletak di kawasan BIC (Busan Indonesian Center). Kebetulan pula, posisi taman
tersebut dekat dengan Jl. Surabaya. Nuansa persahabatan kedua kota memang
kental terasa hingga Kota Surabaya diabadikan sebagai nama salah satu jalan di
Busan.
Dalam sambutannya, Tri Rismaharini mengatakan peresmian
patung lambang Kota Surabaya di Busan semakin melengkapi hubungan kemitraan
yang selama ini terjalin. Menurut dia, 20 bukan waktu yang singkat. Selama
rentang waktu tersebut, ada banyak keuntungan yang diperoleh Surabaya dan Busan
yang sama-sama merupakan kota terbesar kedua di masing-masing negara. “Semoga
ke depan hubungan kerjasama bisa semakin erat dan sinergi sehingga membawa
dampak positif bagi masyarakat,” kata Risma saat acara peresmian.
Dijumpai terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (disbudpar) Surabaya Wiwiek Widayati menerangkan, monumen suro dan boyo yang kini dipajang di Busan merupakan karya seniman lokal Kota
Pahlawan bernama Agung Tato. Patung tersebut berbahan perunggu dengan dimensi
tinggi 2,6 meter serta diameter lingkaran patung 0,75 meter. Rangkaian vertikal
patung itu diletakkan di atas tatakan bundar berdiameter 3 meter. “Seluruh
proses pengerjaan patung itu dilakukan di Surabaya. Setelah jadi baru dikirim
ke Busan,” ujarnya.
Sementara Kabag Kerjasama Ifron Hady Susanto
menerangkan bahwa sejak hubungan kerjasama terjalin pada 1994, telah banyak
manfaat yang dirasakan. Selama ini, kerjasama terealisasi di berbagai bidang di
antaranya budaya, pendidikan, ekonomi hingga fesyen.
“Baik Surabaya dan Busan sama-sama aktif mengirim
delegasi seniman secara rutin. Busan tiap tahun selalu mengikuti Cross Culture
Festival (CCF) yang diselenggarakan Pemkot Surabaya. Begitu pula Surabaya yang
mengirim seniman untuk mengikuti event serupa di Korsel bertajuk Global
Gathering,” tuturnya.
Di samping itu, untuk sektor pendidikan, Pemkot
Surabaya mulai rajin mengirimkan tenaga guru guna belajar di Busan. Tahun lalu,
pemkot menugaskan 40 guru dan kepala sekolah untuk studi banding di
sekolah-sekolah. Tahun ini rencananya 70 tenaga pengajar diberangkatkan dengan
misi yang sama. Harapannya, akan ada transfer ilmu sehingga berdampak pada
peningkatan kualitas pendidikan di Surabaya.
Selain sektor formal, kerjasama juga mulai merambah
bidang fesyen kreatif. Beberapa waktu lalu, rombongan delegasi fesyen asal
Busan berkunjung ke Surabaya. Mereka tertarik mengkolaborasikan desain batik
khas Surabaya dengan mode terkini di Korea. Artinya, sentuhan unsur Surabaya
juga akan menyentuh fesyen Korea yang memang kini tengah naik daun di kalangan
muda-mudi.
Dikatakan Ifron, setelah ini pemkot membidik
peningkatan kerjasama sektor ekonomi dan investasi. Hal itu jika merujuk pada
data sedikitnya ada 1.200 pebisnis asal
Negeri Ginseng yang sekarang berada di Jawa Timur. “Kesempatan ekonomi dan
investasi ini harus dimanfaatkan oleh warga Surabaya. Paling tidak harus ada
nilai plus yang dipetik, apalagi mengingat bisnis IT Korea kini tengah
mendominasi. Harapannya tentu warga Surabaya bisa belajar banyak dan
mengaplikasikannya ke dalam bisnis kewirausahaan masing-masing sehingga mampu
bersaing,” pungkasnya.( ***)