Surabaya Newsweek- Menteri Infrastruktur
dan Lingkungan Hidup Belanda akan berkunjung ke Surabaya pada 3-4 April 2014.
Rencana itu disampaikan Atase Ekonomi Kedutaan Besar (kedubes) Belanda,
Nathalie Lintvelt saat menemui Walikota Surabaya Tri Rismaharini di balai kota,
Rabu (12/3). Momen kunjungan menteri tersebut sekaligus membuka peluang
kerjasama Surabaya dengan Belanda, utamanya di bidang infrastruktur kota.
Lintvelt yang datang bersama
Sekretaris Kedubes Belanda, Peter de Vries, mengatakan, Pemerintah Kerajaan
Belanda sangat tertarik berbagi pengetahuan tentang infrastruktur dan
lingkungan hidup. Harapannya, dari kunjungan menteri, pihaknya dapat mengetahui
secara langsung kondisi Kota Pahlawan. Termasuk, kemungkinan penjajagan
kerjasama kedua pihak.
Sementara de Vries mencoba menggali
lebih dalam kebutuhan Kota Surabaya. Dia menanyakan lima isu utama yang
sifatnya sangat urgent sehingga
nantinya dapat dibantu dalam bentuk kerjasama. “Model yang biasa diterapkan
yakni memberikan asistensi teknis dan masukan serta sharing pengetahunan. Dengan begitu, diharapkan dapat tercapai
suatu solusi dalam pembangunan kota,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Walikota Tri
Rismaharini menyatakan, isu yang paling mendesak tidak jauh dari masalah
pengelolaan air, pembangunan inftrastruktur, saluran, penanggulangan banjir,
dan konservasi mangrove untuk pencegahan abrasi.
Salah satu yang dibahas Risma yakni
soal saluran bawah tanah. Kota Surabaya memang masih kental dengan sentuhan
Belanda. Maklum saja, saat era kolonial, Belanda membangun banyak fasilitas
mulai dari gedung-gedung, jalan, jembatan, hingga gorong-gorong. Sebagian besar
diantaranya masih ada hingga sekarang. Bahkan, saat ini pemkot mencoba
mengoptimalisasi kembali gorong-gorong peninggalan zaman Belanda. Menurut
Risma, sistem saluran bawah tanah yang sudah berusia puluhan tahun itu terbukti
mampu mengatasi problem banjir. Di sejumlah kawasan, intensitas banjir sudah
jauh berkurang karena air hujan mengalir dengan lancar.
Namun sayangnya, walikota
mengungkapkan pemkot belum mempunyai peta jaringan saluran bawah tanah secara
lengkap. “Kami kesulitan mengidentifikasi karena memang usianya sudah lama
sekali, tapi kami akan tetap coba maksimalkan saluran tersebut,” katanya.
Pemkot Surabaya sejatinya sudah sangat
familiar dengan Negeri Kincir Angin. Pasalnya, pemkot sudah terlibat kerjasama
dengan Universitas Erasmus di Rotterdam. Secara berkala, sejumlah staf di
lingkup pemkot dikirim untuk belajar guna peningkatan skill dan kapabilitas
pegawai. Sekretaris Daerah Hendro Gunawan dan Asisten Perekonomian dan
Pembangunan Sekkota M. Taswin adalah dua dari sekian pegawai alumnus
Universitas Erasmus.( ***)