Surabaya Newsweek- Niatan mundur yang sempat dinyatakan Walikota Surabaya Tri Rismaharini
beberapa waktu lalu bukan yang sesungguhnya , namun untuk menarik simpati koleganya dalam menghadapi lawan
politiknya tahun 2015 terbukti , jurus politik yang dilakukan oleh Walikota
Surabaya ternyata sangat manjur sebelum lama mengungkapkan dirinya untuk mundur
menjadi orang nomer satu dikota Surabaya mendapat respon dari berbagai elemen
masyarakat. Gelombang support mulai bermunculan. Berawal dari gerakan jejaring
sosial media yang menamakan diri “Save Risma” hingga unsur masyarakat yang
terang-terangan menyatakan dukungannya agar walikota perempuan pertama di Kota
Pahlawan tersebut tetap bertahan.
Senin (17/2) sore, tujuh orang
perwakilan kalangan akademisi, konsultan, cendekiawan dan pengusaha mendatangi
balai kota. Maksud kedatangan mereka yakni menyampaikan dukungan secara
langsung agar walikota tidak mundur dari jabatannya. Rombongan dipimpin oleh
Pakar ITS Daniel M. Rosyid. Adapun sejumlah tokoh yang hadir antara lain,
Mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unair Prof. Sentot Suadmaji, Ketua Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Ismail Nachu, Direktur Regional Economic
Development Institute (REDI), Dosen FISIP Unair Bustomi, perwakilan Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS Yogha, dan perwakilan Yayasan Al-Falah Nur Badri.
“Intinya kami ingin walikota tetap
tegar, tidak mundur. Apa pun yang terjadi kami siap memberi dukungan
sepenuhnya. Walikota tidak sendirian, ada warga Surabaya di sini,” terang
Rosyid.
Pria kelahiran Klaten yang juga pakar
di bidang perkapalan ini mengatakan, dia pertama kali mengetahui keinginan
walikota untuk mundur saat melihat acara talkshow di salah satu stasiun
televisi swasta. Pada acara tersebut, kata Rosyid, terlihat sekali tekanan yang
sangat besar pada diri walikota sampai-sampai terucap niatan mundur dari
jabatan. Setelah itu, muncul perbincangan dari rekan-rekan Rosyid dan akhirnya
sepakat mendukung walikota tetap menjabat, setidaknya hingga periode berakhir.
Hal senada juga disampaikan Ismail
Nachu. Menurut dia, Risma -sapaan Tri Rismaharini- merupakan sosok pembawa
perubahan bagi Kota Surabaya. Di bawah pimpinannya, Surabaya berhasil meraih
prestasi membanggakan. “Kemajuan kota ini tidak hanya diapresiasi berupa
penghargaan skala Nasional, tapi juga sudah diakui dunia. Saya yakin itu juga
dirasakan warga Surabaya,” ungkapnya.
Dukungan juga datang dari kalangan
mahasiswa. Perwakilan BEM ITS, Yogha, menuturkan, sejak ditayangkannya episode
talkshow yang menayangkan niatan walikota mundur, banyak simpati berdatangan
dari BEM universitas-universitas daerah lain. Di dalam kota pun, terang Yogha,
para mahasiswa tak henti-hentinya membahas isu yang sempat menjadi trending topic di jejaring twitter
tersebut. “Singkat kata, kami seluruh elemen mahasiswa, khususnya di Surabaya
sepakat akan mendukung Walikota Risma. Bahkan, kami siap menjadi bemper
walikota demi keberlangsungan pembangunan di kota ini,” ujarnya.
Dosen FISIP Unair Bustomi menilai
wajar jika akhirnya muncul gerakan spontan dari masyarakat yang bernama “Save
Risma”. Itu merupakan gambaran bahwa masyarakat bisa memilah, mana yang baik
bagi kotanya. Dalam hal ini, warga menyadari Risma berhasil menyulap Surabaya
menjadi kota yang maju dan layak serta nyaman untuk ditinggali.
Menyikapi dukungan tersebut, walikota
menyampaikan terima kasih. Ketika menerima rombongan, dia menyatakan bahwa
tekanan pikiran merupakan hal yang paling berat yang dialaminya selama menjabat
walikota. Risma tidak memungkiri disamping problem perkotaan, berbagai tekanan
juga kerap dialamatkan kepadanya. Sehingga tidak jarang hal tersebut
mempengaruhi kondisi kesehatan mantan Kepala Bappeko ini. “Saya bahkan pernah
tidak makan selama tujuh hari, hanya minum saja. Karena memang tidak nafsu
makan gara-gara seminggu penuh ada hal negatif yang menerpa kota ini,”
ungkapnya.
Di sisi lain, dia menegaskan sama
sekali tidak pernah mengkomando gerakan dukungan terhadap dirinya. Justru,
orang nomor satu di pemkot Surabaya tersebut memberi instruksi untuk mencopot
spanduk/baliho yang bertuliskan “Save Risma”.
Hal tersebut diamini Kepala
Bakesbangpol dan Linmas Surabaya, Soemarno. Dia mengatakan hari ini saja (17/2)
pihaknya menertibkan 15 baliho dengan tulisan “Save Risma”. Baliho tersebut
didapati di sejumlah titik, seperti Jl. A. Yani, Basuki Rahmat, Darmo, dan
beberapa ruas jalan lainnya. “Kebanyakan itu spanduk/baliho milik seseorang
yang dipilox dengan tulisan “Save Risma”, tuturnya.
Namun demikian cara setiap orang
dalam mencapai keinginan berpolitik memang
beda- beda dan ini salah trik dalam menggalang kekuatan politik untuk
mencapai tujuan yang lebih besar untuk masa yang akan datang ( Ham )